Kamis, 25 Mei 2017

Psikologi Dakwah (Pengelolaan Psikologi Dakwah Media Massa)




PENGELOLAAN PSIKOLOGI DAKWAH MEDIA MASSA
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Psikologi Dakwah
Dosen Pengampu : Dr. Ali Murtado,M.Pd.

 
Disusun oleh
Choirunnisa’                      (1401016014)
Ahmad Ainur Rofiq          (1401016076)
Slamet Wibisono              (1401016094)
Susi lidyawat                    (1501016028)


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
 



I.                   PENDAHULUAN
Ketika islam baru datang 14 abad yang lalu, dakwah islam dilakukan dengan tatap muka langsung satu persatu atau kepada sekelompok orang. Selama berabad abad, kecuali dipadang arafah setiap musim haji, metode inilah yang dilakukan dan hal ini sudah memenuhi kebutuhan, yakni menjangkau mad’u. Pada abad ke 19 -20 mulai muncul forum dakwah dalam bentuk ceramah umum, dihindari oleh sejumalah besar orang dan menggunakan alat bantu, yaitu pengeras suara. Ceramah agama di stadion senayan misalnya, dihadiri oleh lebih dari seratus ribu orang.
Dewasa ini diera globalisasi tak bisa dihindari dimana arus informasi dan kebudayaan manca negara langsung masuk kerumah – rumah penduduk melalui media masa, padahal arus informasi dan kebudayaan asing itu menjadi saingan berat dari seruan dakwah islami, maka dakwah melalui media masa merupakan satu keharusan meski hanya bagaian setetes embun di tengah dinamika atau lebih tepatnya kegerahan masyarakat bumi. Hari- hari ini internet dengan twitter, facebook,youtube dan jejaring sosial lainya bahkan telah menjadi pilihan media untuk sosialisasi gagasan, baik untuk kepentingan umum maupun bisnis.[1]
Seperti yang kita tahu, psikologi dakwah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari segala gejala kehidupan kejiwaan (proses metal para pelaku kegiatan dakwah, yaitu dai dan mad’u) dalam mencapai tujuan dakwah. Kegiatan dakwah sendiri merupakan proses menyampaikan, mengajarkan serta mempraktikkan ajaran Islam dengan menjadikannya landasan norma, etika kemanusiaan dalam melaksanakan hak dan kewajiban.
Dalam kegiatan dakwah, da’i menyampaikan pesan kepada mad’u melalui banyak cara. Diantaranya adalah melalui metode al-hikmah, mau’idzotul hasanah, dan mujadalah. Namun pada masa sekarang ini, banyak para da’i yang menggunakan media masa sebagai alat bantu dalam berdakwah.

II.                   RUMUSAN MASALAH
A.  Bagaimana dakwah dalam Komunikasi Massa?
B.  Bagaimana pengelolaan Psikologi Media Massa?




III.                   PEMBAHASAN

A.           Dakwah dan Komunikasi Massa
1.    Pengertian Dakwah
Dalam bahasa Al-qur’an, dakwah terambil dari kata دعا, يدعو, دعوة yang secara etimologi (bahasa) memiliki kesamaan makna dengan kata al nida yang berarti menyeru atau memanggil. Secara terminology (istilah) adalah suatu kegiatan untuk memotivasi orang dengan bersirah, supaya menempuh jalan Allah dan meninggalkan agamanya (yang dahulu).[2]
Dakwah adalah setiap usaha atau aktifitas dengan lisan,tulisan dan lainya yang bersifat menyeru, mengajak,memanggil manusia untuk beriman dan menaatai Alloh sesuai dengan garis- garis kaidah dan syariat serta akhlak islamiyah. Berdasarkan definisi- definisi dakwah yang telah disebutkan di atas, sesungguhnya esensi dakwah terletak pada usaha pencegahan (preventif) dari penyakit- penyakit masyarakat yang bersifat psikis dengan cara mengajak, memotivasi,merangsang serta membimbing individu atau kelompok agar sehat dan sejahtera jiwa dan raganyaa, sehingga mereka dapat menerima ajaran agama dengan penuh kesadaran dan dapat menjalankan ajaran agama sesuai dengan tuntunan syariat islam.[3]
Dakwah adalah pekerjaan yang mengkomunikasikan pesan Islam kepada manusia secara lebih operasional, Dakwah adalah mengajak atau mendorong manusia kepada tujuan yang definitive yang rumusannya bisa diambil dari Al-qur’an dan hadis, atau dirumuskan oleh da’I, sesuai dengan ruang lingkup dakwahnya.[4]
Menurut Syekh Ali Mahfudz, dakwah adalah mendorong manusia untuk menuju kebaikan dan petunjuk, dan menyuruh berbuat baik dan mencegah berbuat munkar untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Dakwah adalah ajakan kepada manusia untuk beriman, Islam dan Ihsan.[5]
Jadi Dakwah adalah kegiatan untuk membina manusia agar mentaati ajaran Islam guna memperoleh kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.

2.    Pengertian Komunikasi Massa
Menurut Bittner Komunikasi Masa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar dilapangan luas yang dihari oleh ribuan bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa.
Menurut Garbner, yakni Komunikasi Masa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industry. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jangka waktu yang tetap. Misalnya harian, mingguan, dwimingguan atau bulanan. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakkukan oleh perorangan, melainkan harus oleh lembaga dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industry.
Menurut Meletzke komunikasi masa diartikan sebagai setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada public yang tersebar. Tersebar menunjukan bahwa komunikan sebagai pihak penerima pesan tidak berada disatu tempat tetapi tersebar diberbagai tempat.
Jadi, Komunikasi Massa adalah jenis komunikasi yang ditunjuk kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen (karena komunikan terdiri dari lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dibedakan berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi) dan anonim (komunikator tidak mengenal komunikan, karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka) melalui media cetak (surat kabar dan majalah) atau elektronik (radio siaran dan televisi) sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.[6]
3.    Hubungan Dakwah dan Komunikasi Massa
Secara teknis dakwah adalah komunikasi antara da’i (komunikator) dan mad’u (komunikan). Semua hukum yang berlaku dalam ilmu komunikasi berlaku juga dalam dakwah,hambatan komunikasi adalah hambatan dakwah,dan bagaimana mengungapkan apa yang tersembunyi di balik perilaku manusia dakwah sama juga dengan apa yang harus dikerjakan pada manusia dakwah sama juga dengan apa yang harus dikerjakan pada manusia komunikan. Tegasnya cara kerja psikologi  komunikasi sama dengan cara kerja perilaku dakwah dan pelaku komunikasi adalah sama yaitu manusia yang berfikir,berperasaan dan berkeinginan.
Dakwah media masa adalah sarana yang digunakan oleh da’i untuk menyampaikan materi dakwah. Pada masa kehidupan Nabi Muhammad saw, media yang paling banyak digunakan adalah media audiatif yakni menyampaikan dakwah dengan lisan. Namun tidak boleh dilupakan bahwa sikap dan perilaku Nabi juga menerapkan media masa dakwah secara visual yaitu dapat dilihat dan ditiru oleh objek dakwah. Namun untuk era jaman sekarang media masa dakwah sudah modern dan canggih yang terdapat media massa dakwah yang efektif, yang berupa media visual, audio, audiovisual.
Adapun karakteristik dakwah melalui media komunikasi masa sebagai berikut ini :
1.             Pada komunikasi masa arus informasi dakwah terkendali di tangan pemberi pesan,yakni da’i tidak dipengaruhi oleh reaksi khalayak mad’u.
2.             Pada komunikasi massa reaksi mad’u sebagai umpan balik terhadap dakwah yang disampaikan hanya dilakukan melalui beberapa saluran saja. Misalnya surat pembaca,atau telepon dari pendengar.
3.             Dakwah tatap muka mad’u dapat mengungapkan stimulin melalui seluruh alat inderanya. Sedangkan dari komunikasi masa seperti radio hanya terdengar suaranya,dari TV hanya terdengar suara dan terlihat gerakanya, dari surat kabar hanya dapat dibaca pikiranya.
4.             Jika bedakwah melalui radio atau TV maka suara dan isi dakwah menjadi terpenting,dan jika melalui koran, maka pikiran meliputi bahasa dan logika menjadi hal yang terpenting.[7]
Jadi dakwah kepada masa adalah dakwah kepada orang-orang yang belum tentu menyiapkan diri untuk menerima pesan dakwah. Mereka boleh jadi terkonsentrasi di suatu daerah, bisa juga tersebar ke seluruh pelosok indonesia atau bahkan di negara lain.[8]
Jika dakwah pada seorang atau sekelompok orang dapat di lakukan secara langsung melalui komunikasi interpersonal, maka dakwah pada sejumlah besar orang yang tersebar di berbagai tempat harus memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi masa dalam memilih media dakwah.:
a)             Tidak ada satu mediapun yang paling baik untuk keseluruhan masalah atau tujuan dakwah.
b)             Media yang di pilih sesuai dengan tujuan dakwah yang hendak dicapai
c)             Media yang di pilih sesuai dengan kemampuan sasaran dakwahnya.
d)            Pemilihan media hendak di lakukan  dengan cara obyektif.
e)             Kesempatan dan ketersediaan media perlu mendapat perhatian.[9]
Komunikasi masa adalah pesan yang di komunikasikan melalui madia massa kepada sejumlah besar orang. Dewasa ini, jenis-jenis media massa sangat banyak jumlahnya antara lain radio, televisi, surat kabar, majalah, tabloid dan bahkan jaringan informasi melalui komputer pribadi dan Hp. Mahasiswa islam di Amerika misalnya, mereka menyelenggarakan pengajian tidak dengan kumpul di satu ruang, tetapi melalui jaringan komputer di tempat tinggal masing-masing di seluruh kota-kota di Amerika.
Jika dakwah interpersonal mengendalikan kemampuan dan kharisma individual da’i maka dakwah melalui media massa, ketergantunganya kepada program lebih tinggi di banding kepada kharisma pribadi da’i. Jika dalam dakwah interpersonal mad’u relaif mengenal dan menghormati da’i, maka bagaimana penonton TV atau pembaca koran merespon, apa senang atau muak, da’i tidak mengetahuinya secara langsung.
Perbedaan sistem komunikasi dalam dakwah interpersonal dengan dakwah melalui media masa, secara teknis dapat di uraikan sebagai berikut :
a)             Jika seorang da’i ceramah di masjid, maka stimuli dakwahnya dapat  di terima secara langsung oleh jamaah : penampilan, suara dan isi ceramah yang di sampaikan semuanya dapat di terima oleh jamaah, tetapi dakwah melalui media masa, stimuli dakwah di terima masyarakat melalui media tehnis, (radio, TV, koran, jejaring sosial), tidak langsung.
b)             Jika seorang da’i ceramah terlalu panjang di masjid, mungkin  panitia akan menegurnya, atau hadirin akan pulang satu persatu karena protes atas ceramahnya yang menyinggung perasaan mereka. Dalam forum seperti ini, antara da’i dan mad’u dapat langsung berinteraksi sosial. Akan tetapi, jika seorang da’i berpidato di corong radio atau layar kaca, pesan dakwah Anda lebih bersifat satu arah, hanya menyampaikan umpan balik langsung melalui telefon masih mungkin tetapi jumlahnya sedikit. Seandainya ada kritikan, maka kritikan itu di sampaikan tidak secara langsung, mungkin melalui surat pembaca, email atau melalui telepon.
c)             Jika seorang da’i ceramah di dalam masjid, maka materi dakwah yang di sampaikan di tujukan kepada publik yang terbatas, yaitu mereka yang hadir di dalam masjid itu, yang relatif memang siap untuk mendengarkan santapan rohani, dan relatif sudah di kenal, sedangkan jika dia berpidato di corong radio atau di televisi, pendengar atau penontonya bersifat terbuka, materi dakwahnya di tujukan kepada publik yang tak terbatas, yang muslim, non muslim, yang siap dan tidak siap mendengar, yang menyukai dan tidak menyukai, yang di kenal atau yang tidak dan lebih banyak yang tidak di kenal.
d)            Jika seorang da’i ceramah di masjid, maka mad’u terkonsentrasi, yakni dalam satu ruang masjid itu, yang suasananya sama, sama-sama kegerahan atau kedinginan,  sedangkan publik pendengar dan penonton televisi tersebar secara geografis, ada di jakarta, di medan, ujung pandang bahkan di luar negeri.


B.            Pengelolaan Psikologi Media Massa
Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan. Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi antarmanusia, media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah panca indra, seperti mata dan telinga. Pesan-pesan yang diterima panca indra selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam tindakan.[10]
Sedangkan media massa adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat melihat, membaca, dan mendengarnya. Media massa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu media cetak dan media elektronik. Media cetak seperti halnya surat kabar, majalah, buku dan lain sebagainya, sedangkan media elektronik adalah televisi, radio, komputer dean lain-lain.[11]
Unsur-unsur yang terkandung dalam media massa adalah:
a.              Sumber atau komunikator massa.
b.             Khalayak (Audience).
c.              Pesan.
d.             Proses.
e.              Konteks, yaitu hubungan transaksional antara media dan masyarakat.[12]

Karakteristik Media Massa:
1)             Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan, sampai pada penyajian informasi.
2)             Bersifat satu arah, artinya kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima.
3)             Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan dan jarak karena mempunyai kecepatan.
4)             Bersifat terbuka, artinya pesan dapat diterima siapa saja dan kapan saja.[13]

Macam-macam Media Massa :
1.             Media Cetak
Media cetak untuk berbagai jenis media dakwah di sini ialah semua bahan cetakan yang digunakan untuk memuat dan menyampaikan pesan-pesan dakwah ke pada msyarakat sebagai sasaran (obyek) dakwah. Bahan cetakan yang memuat informasi dakwah tersebut harus memenuhi beberapa fungsi sebagai media penyampaian pesan ke pada publik. Misalnya, informasi tentang sistuasi dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan masyarakat baik masyarakat di sekitar maupun yang berskala dunia. Selain itu, media cetak tersebut juga harus memuat tentang upaya peningkatan pemahaman tentang diri sendiri. Selanjutnya, media cetak itu juga harus memuat informasi tentang upaya menjalankan peran sosial. Berikutnya, media cetak termaksud juga harus berisi informasi tentang dorongan untuk memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis. 
Media cetak yang dapat digolongkan ke dalam jenis-jenis media dakwah ialah : buku, surat kabar, majalah, bulletin, brosur, jurnal, pamplet, stiker, poster, logo (label), dan sebagainya. Namun kami hanya akan menjelaskan media komunikasi cetak yang mempunyai peran berskala besar. Di antaranya sebagai berikut:

a.              Buku
Berdakwah melalui buku mempunyai peranan dan manfaat yang besar pengaruhnya. Buku sebagai media komunikasi dakwah cetak telah banyak dilakukan oleh para ulama’ baik ulama’ klasik maupun ulama’ kontemporer. Salah satu ulama’ klasik yang produktif menulis buku adalah Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali dengan Karyanya Kitab Ihya Ulumuddin, Misyakatul Anwar, Minhajul Qowim, Minhajul Abidin dll. Begitu juga dengan ulama’ kontemporer salah satunya adalah Harun Yahya (Nama pena dari Adnan Oktar) dengan karyanya “Beberapa rahasia Al-Qur’an”, “Indahnya Islam kita”, “melihat Kebaikan di segala hal” serta buku-buku yang lain yang berjumlah sekitar 40 macam buku.

b.             Surat Kabar
Surat kabar beredar dimana-mana, karena di samping harganya yang murah beritanya juga sangat up to date dan memuat berbagai jenis berita. Surat kabar cepat sekali peredarannya karena jika terlambat beritanya akan out of date. Dakwah melalui surat kabar cukup tepat dan cepat beredar melalui berbagai penjuru. Karena itu dakwah melalui surat kabar sangat efektif dan efisien yaitu dengan cara da’i menulis rubrik di surat kabar tersebut misalnya berkaitan dengan rubrik agama.
Surat kabar juga dikenal dengan nama koran. Koran berasal dari bahasa Belanda, yaitu krant dan bahasa Perancis, yaitu courant. Koran atau surat kabar adalah suatu penerbitan yang ringan dan mudah dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah yang disebut kertas koran, yang berisi berita-berita terkini dalam berbagai topik. Topiknya bisa berupa even politik, kriminalitas, olahraga, tajuk rencana, cuaca. Surat kabar juga biasa berisi kartun, TTS dan hiburan lainnya.
Dari empat fungsi media massa (informasi, edukasi, hiburan dan persuasif), fungsi yang paling menonjol pada surat kabar adalah informasi. Hal ini sesuai dengan tujuan utama khalayak membaca surat kabar, yaitu keingintahuan akan setiap peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Fungsi hiburan dapat ditemukan pada rubrik artikel ringan, feature, komik atau kartun seta cerita bersambung. Fungsi mendidik dan mempengaruhi akan ditemukan pada artikel ilmiah, tajuk rencana atau editorial dan rubric opini. Fungsi pers bertambah, yiatu sebagai alat kontrol sosial yang konstruktif.
Untuk menyerap isi surat kabar, dituntut kemampuan intelektualitas tertentu. Khalayak yang buta huruf tidak dapat menerima pesan surat kabar begitu juga yang berpendidikan rendah.
Kategorisasi surat kabar dilihat dari ruang lingkupnya, surat kabar nasional, regional, dan lokal. Ditinjau dari bentuknya, ada surat kabar biasa dan tabloid. Dilihat dari bahasa yang digunakan, ada surat kabar Berbahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Bahasa Daerah. Ada juga surat kabar yang dikembangkan untuk bidang-bidang tertentu, misalnya berita untuk industri tertentu, penggemar olahraga tertentu, penggemar seni atau partisipan kegiatan tertentu.
Jenis surat kabar umum biasanya diterbitkan setiap hari, kecuali pada hari-hari libur. Surat kabar sore juga umum di beberapa negara. Selain itu, juga terdapat surat kabar mingguan yang biasanya lebih kecil dan kurang prestisius dibandingkan dengan surat kabar harian dan isinya biasanya lebih bersifat hiburan.
Kebanyakan negara mempunyai setidaknya satu surat kabar nasional yang terbit di seluruh bagian negara. Di Indonesia, contohnya adalah KOMPAS.

c.              Majalah
Majalah adalah penerbitan berkala yang berisi bermacam-macam artikel dalam subyek yang bervariasi. Majalah biasa diterbitkan mingguan, dwimingguan atau bulanan. Majalah biasanya memiliki artikel mengenai topik populer yang ditujukan kepada masyarakat umum dan ditulis dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti oleh banyak orang. Publikasi akademis yang menulis artikel padat ilmu disebut jurnal.
Tipe majalah ditentukan oleh sasaran khalayak yang dituju, artinya redaksi sudah menentukan siapa yang akan menjadi pembacanya. Kategori majalah pada masa Orde baru; majalah berita, keluarga, wanita, pria, remaja wanita, remaja pria, anak-anak, ilmiah popular, umum, hukum, pertanian, humor, olahraga, daerah.
Fungsi majalah mengacu pada sasaran khalayak yang spesifik. Majalah dengan topic atau kategori tertentu mempunyai spesialisasi sasaran pembeli dan pembaca yang dikehendaki.
Majalah, media yang paling simple organisasinya, relatif lebih mudah mengelolanya, serta tidak membutuhkan modal yang banyak. Majalah tetap dibedakan dengan surat kabar karena majalah memiliki karakteristik tersendiri : penyajian lebih dalam, nilai aktualitas lebih lama, gambar/foto lebih banyak, cover/sampul sebagai daya tarik.
Majalah mempunyai fungsi yaitu menyebarkan informasi atau misi yang dibawa oleh penerbitnya. Majalah biasanya mempunyai ciri tertentu, ada yang khusus wanita, remaja, pendidikan, keagamaan, teknologi, kesehatan, olahraga, dan sebagainya. Sekalipun majalah mempunyai ciri tersendiri tetapi majalah masih dapat difungsikan sebagai media dakwah, yaitu dengan jalan menyelipkan misi dakwah kedalam isinya, bagi majalah bertema umum. Jika majalah tersebut majalah keagamaan maka dapat dimanfaatkan sebagai majalah dakwah. Jika berdakwah melalui majalah maka seorang da’I dapat memanfaatkannya dengan cara menulis rubrik atau kolom yang berhubungan dengan dakwah Islam.

2.             Media Elektronik
Media elektronik ialah semua peralatan yang sitem kerjanya berhubungan dengan elektron (tenaga listrik). Dalam kaitan dengan penggolongan media dakwah di bidang media elektronik, dapat dibagi ke dalam tiga macam yaitu masing-masing :
a.              Media Audio
Media dakwah elektronik jenis audio. Yaitu media penyampaian pesan dalam bentuk suara atau dapat juga disebut sebagai media yang menggunakan bahasa lisan atau semua pesan yang berbentuk bunyi (suara).Termasuk dalam jenis ini alat-alat penyampaian pesan seperti radio, telefon, tape recorder (media perekam suara), pita rekaman, CD (Compack Disk), dan sebagainya.
Media audio adalah alat yag dioperasikan sebagai sarana penunjang kegiatan dakwah yang ditangkap melalui indera pendengaran.

a)             Radio
Dalam melaksanakan dakwah, penggunaan radio sangatlah efektif dan efisien. Jika dakwah dilakukan melalui siaran radio dia akan mudah dan praktis, dengan demikian dakwah akan mampu menjangkau jarak komunikan yang jauh dan tersebar. Disamping itu radio mempunyai daya tarik yang kuat. Daya tarik ini ialah disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsure yang ada padanya yakni music, kata-kata dan efek suara.
Radio adalah media elektronik tertua dan sangat luwes. Radio telah beradaptasi dengan perubahan dunia, dengan mengembangkan hubungan saling menguntungkan dan melengkapi dengan media lainnya. Keunggulan radio adalah berada dimana saja, di tempat itdur, di dapur, di dalam mobil, di kantor, di jalan, di pantai dan berbagai tempat lainnya. Radio merupakan teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Gelombang ini melintas dan merambat lewat udara dan bisa juga merambat lewat ruang angkasa yang hampa udara, karena gelombang ini tidak memerlukan medium pengangkut (seperti molekul udara).

b)             Tape Recorder
Tape recorder adalah media elektronik yang berfungsi merekam suara kedalam pita kaset dan dari pita kaset yang telah berisi rekaman suara dapat diplay back dalam bentuk suara. Dakwah dengan tape recorder ini relative mengahabiskan biaya yang murah dan dapat disiarkan ulang kapan saja sesuai kebutuhan. Disamping itu da’i juga dapat merekam program dakwahnya disuatu tempat dan hasil rekamannya dapat disebarkan pada kesempatan lain dan seterusnya.

b.             Media Visual
Media dakwah elektronik jenis  visual, yaitu media penyampaian pesan yang menampilkan gambar atau tulisan yang direfleksikan (dipantulkan) melalui lensa proyektor. Termasuk ke dalam pembagian ini alat-alat penampil gambar seperti: foto tustel, slide reflektor, OHV (Over Head Proyektor), sketsa, dan sebagainya.
Media visual adalah bahan-bahan atau alat yang dapat dioperasikan untuk kepentingan dakwah melalui indra penglihatan. Yang termasuk dalam media ini diantaranya yaitu:

a)             Film Slide
Film slide ini berupa rekaman gambar pada film positif yang telah deprogram sedemikian rupa sehingga hasilnya sesuai dengan apa yang telah diprogramkan. Pengoperasian film slide melalui proyektor yang kemudian gambarnya diproyeksikan pada screen. Kelebihan dari film slide ini adalah mampu memberikan gambaran yang cukup jelas kepada audiensi tentang informasi yang disampaikan seorang juru dakwah. Disamping itu juga dapat dipakai berulang-ulang sejauh programnya sesuai dengan yang diinginkan. Sedangkan kelemahannya adalah bahwa untuk membuat program melalui film slide diperlukan dalam bidan fotografy dan grafis. Selain itu juga diperlukan ruangan khusus dengan menggunakan aliran listrik.

b)            Overhead Proyektor (OHP)
OHP adalah perangkat keras yang dapat memproyeksikan program kedalam screen dari program yang telah disiapkan melalui plastic transparan. Perangkat ini tepat sekali untuk menyampaikan materi dakwah kepada kalangan terbatas baik sifat maupun tempatnya. Kelebihan menggunakan media ini adalah program dapat disusun sesuai dengan selera da’i dan apalagi jika diwarnai dengan seni grafis yang menarik. Sedangkan kelemahannya yaitu memerlukan ruangan khusus yang beraliran listrik juga menuntut kreatifitas da’i dalam mengungkapkan informasi melalui seni grafis yang menarik.

c)             Gambar dan Foto
Gambar dan foto merupakan dua materi visual yang sering dijumpai dimana-mana, keduanya sering dijadikan media iklan yang cukup menarik seperti surat kabar, majalah dan sebagainya. Dalam perkembangannya gambar danfoto dapat dimanfaatkan sebagai media dakwah. Dalam hal ini, gambar dan foto yang memuat informasi atau pesan yang sesuai dengan materi dakwah. Seorang da’i yang inovatif tentu akan mampu memanfaatkan gambar dan foto untuk kepentingan dakwah dengan efektif dan efisien. Kelebihan dari media ini adalah kesesuaiannya antara dakwah dengan perkembangan situasi melalui pemberitaan surat kabar, atau majalah serta keaslian situasi melalui pengambilan foto langsung. Biaya tidak terlalu mahal dan dapat dilakukan kapan saja dengan tidak bergantung kepada berkumpulnya komunikan. Kelemahannya, seorang da’i tidak dapat memonitor langsung keberhasilan dakwah, salian itu juga menuntut da’i untuk kreatif dan inovatif.

c.              Media Audio-Visual
Media dakwah elektronik jenis  Audo-visual, yaitu media penyampaian pesan dengan menampilkan gambar dan suara dalam waktu yang bersamaan. Jadi melalui media penyampaian seperti ini pihak penerima pesan dapat melihat tayangan dalam bentuk gambar hidup yang dilengkapi dengan suara sekaligus. Termasuk ke dalam jenis media ini ialah televisi, rekaman video yang dilengkapi dengan penerima suara, film yang disertai suara, dan sebagainya. 
Salah satu contohnya adalah Film, pemanfaatan film cenderung lebih efektif dan efisien serta sangat actual sesuai dengan perkembangan masyarakat. Hal ini disadari karena film membawa pesan yang mampu mempengaruhi penontonnya sebagai sasaran dakwah (mad’u)nya. Itulah sebabnya film dalam kegiatan dakwah seharusnya ditata rapi dan mengandung nilai-nilai ajaran moral islami yang sesuai dengan kebutuhan mad’unya.
Media audio visual adalah media penyampaian informasi yang dapat menampilkan unsure gambar dan suara secara bersamaan pada saat mengkomunikasikan pesan dan informasi.

a)             Televisi
Televisi merupakan media dominan komunikasi massa di seluruh dunia dan sampai sekarang masih terus berkembang. Dari semua media massa, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Televisi dijejali hiburan, berita dan iklan. Mereka menghabiskan waktu menonton televisi sekitar tujuh jam dalam sehari. Televisi mengalami perkembangan secara dramatis terutama melalui pertumbuhan televisi kabel.
Memberikan informasi, menghibur dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi. Tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi.
Di beberapa daerah terutama di Indonesia masyarakat banyak menghabiskan waktunya untuk melihat televise. Kalau dakwah Islam dapat memanfaatkan media ini dengan efektif, maka secara otomatis jangkauan dakwah akan lebih luas dan kesan keagamaan yang ditimbulkan akan lebih mendalam. Program-program siaran dakwah yang dilakukan hendaknya mengenai sasaran objek dakwah dalam berbagai bidang sehingga sasaran dakwah dapat meningkatkan pengetahuandan aktifitas beragama melalui program-program siaran yang disiarkan melalui televisi.

b)            Film
Khalayak menonton film terutama untuk hiburan. Akan tetapi dalam film terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif. Film nasional dapat digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and character building. Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film nasional memproduksi film-film sejarah yang objektif atau film dokumenter dan film yang diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang.
Jika film digunakan sebagai media dakwah maka harus diisi misi dakwah adalah naskahnya, diikuti skenario, shooting dan actingnya. Memang membutuhkan keseriusan dan waktu yang lama membuat film sebagai media dakwah. Karena disamping prosedur dan prosesnya lama dan harus professional juga memerlukan biaya yang cukup besar. Namun dengan media film ini dapat menjangkau berbagai kalangan. Disamping itu, secara psikologis penyuguhan secara hidup dan tampak yang dapat berlanjut dengan animation memiliki kecenderungan yang unik dalam keunggulan daya efektifnya terhadap penonton.

c)             Media Internet
Situs juga menjadikan sumber informasi untuk hiburan dan informasi perjalanan wisata. Pengguna internet menggantungkan pada situs untuk memperoleh berita. Dua sampai tiga pengguna internet mengakses situs untuk mendapatkan berita terbaru setiap minggunya.
Industri media komputer memiliki beberapa bidang utama, antara lain: pabrik perangkat keras komputer, perangkar lunak komputer. Content provider adalah yang mengembangkan isi dan database yang didistribusikan melalui jaringan komputer. Bagian dari perangkat lunak komputer terdapat pula Internet Service Provider (ISPs), yakni perusahaan yang menjual akses internet.
Internet merupakan jaringan longgar dari ribuan komputer yang menjangkau jutaan orang di seluruh dunia. Misi awalnya adalah sarana bagi para peneliti untuk mengakses data dari sejumlah sumber daya perangkat keras menjadi ajang komunikasi yang sangat cepat dan efektif. Saat ini internet telah tumbuh menjadi sedemikian besar dan berdaya sebagai alat informasi dan komunikasi yang tak dapat diabaikan. Internet unggul dalam menghimpun berbagai orang, karena geografis tak lagi menjadi pembatas, berbagai orang dari negara dan latar belakang yang berbeda dapat saling bergabung berdasarkan kesamaan minat dan proyeknya. Internet menyebabkan begitu banyak perkumpulan antara berbagai orang dan kelompok.
Sebagian besar komputer dan jaringan yang tersambungkan ke internet masih berkaitan dengan masyarakat pendidikan dan penelitian. Kenyataan ini tidaklah mengejutkan karena internet memang lahir dari benih penelitian. Hal yang membedakan internet (dan jaringan global lainnya) dari teknologi komunikasi tradisional adalah tingkat interaksi dan kecepatan yang dapat dinikmati pengguna untuk menyiarkan pesannya. Tak ada media yang memberi setiap penggunanya kemampuan untuk berkomunikasi secara seketika dengan ribuan orang. Ada alasan yang bagus mengenai jurnalisme yang baik, yaitu informasinya harus menarik, tepat waktu, dan cepat.
Dengan media internet dakwah dapat memainkan peranannya dalam menyebarkan informasi tentang Islam keseluruh penjuru, dengan keluasan akses yang dimilikinya yaitu tanpa adanya batasan wilayah, cultural dan lainnya. Menyikapi fenomena ini, Nurcholis Madjid mengatakan “Pemanfaatan internet memegang peranan amat penting, maka umat Islam tidak perlu menghindari internet, sebab bila internet tidak dimanfaatkan dengan baik, maka umat Islam sendiri yang akan rugi. Karena selain bermanfaat untuk dakwah, internet juga menyediakan informasi dan data yang kesemuanya memudahkan umat untuk bekerja.”
Begitu besarnya potensi dan efisiennya yang dimiliki oleh jaringan internet dalam membentuk jaringan dan pemanfaatan dakwah, maka dakwah dapat dilakukan dengan membuat jaringan-jaringan informasi tentang Islam atau sering disebut dengan cybermuslim atau cyberdakwah. Masing-masing cyber tersebut menyajikan dan menawarkan informasi Islam dengan berbagai fasilitas dan metode yang beragam variasinya.
Kesemua jenis media penyampaian pesan tersebut di atas, dapat digolongkan sebagai media dakwah yang dapat dimanfaatkan secara efektif dalam upaya penyadaran masyarakat menuju tercapainya cita-cita dakwah yaitu: “menyeru manusia ke arah kebaikan dengan jalan mengajak mereka untuk melakukan kebaikan (al-amr bilma’ruf) dan menghindari kejahatan (al-nahyu ‘anil-munkar) demi mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Dari pemaparan, diketahui bahwa sebenarnya media dakwah cukup banyak. Juga diketahui bahwa melaksanakan kegiatan dakwah tidaklah hanya melalui kegiatan lisan atau dakwah bilmaqal tetapi dakwah juga dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan berbagai media hiburan. Dan jika hal itu dilakukan maka dapat dibayangkan hasilnya akan cukup lumayan sebab bagaimanapun jiwa manusia selalu cenderung untuk mencintai keindahan dan semua yang sifatnya indah.[14]
Pengaruh komunikasi seperti ceramah dan komunikasi yang menggunakan media massa sangat berpengaruh dalam mengubah attitude atau membentuk attitude baru dan dapat berhasil baik apabila:
1.             Sumber penerangan memperoleh kepercayaan dari audiens.
2.             Orang banyak belum mengetahui benar atau ragu-ragu  tentang isi dan fakta-fakta attitude baru.
3.             Attitude yang akan dibentuk tidak terlalu jauh isinya dari frame of reference (lingkungan tempat audiens tinggal).
4.             Argument dua pihak lebih bertahan daripada argumen sepihak.
5.             Bila attitude yang akan dibentuk terlalu asing bagi frame of reference audiens akan mengalami boomerang-effect (pembentukan attitude sebaliknya).[15]

Secara teknis kita dapat menunjukan empat tanda pokok dari komunikasi massa yaitu :
a.              Bersifat tidak langsung artinya harus melalui media teknis.
b.             Bersifat satu arah,artinya tidak ada interaksi antara peserta- peserta komunikasi.
c.              Bersifat terbuka,artinya ditunjukan pada publik yang tidak terbatas dan anonym.
d.             Mempunyai publik yang secara geografis tersebar.

Karena perbedaan teknis, maka sistem komunikasi massa juga memiliki karakteristik psikologi yang khas :
1.             Pengendalian arus informasi
Berarti mengatur jalanya pembicara yang disampaikan dan diterima.
2.             Umpan Balik
Berati pesan yang dikirim kembali dari penerima ke sumber, memberi tahu tentang reaksi penerima, dan memberikan landasan kepada sumber untuk menetukan perilaku selanjutnya.
3.             Stimulasi alat indera
Terbatas tergantung media masa pada suatu surat kabar dan majalah hanya bisa melihat pada radio (mendengar) TV (mendengar dan melihat).
4.             Proposi unsur isi dengan hubungan
Dalam komunikasi masa justru menekankan dari aspek isi ketimbang hubungan, berita disusun berdasarkan sistem tertentu dan ditulis dengan tanda baca dan pembagain paragfar yang tertib.[16]

Dan segi ini ada faktor yang mempengaruhi reaksi khalayak pada komunikasi massa :
a.              Teori defleur dan ball-rokeach tentang pertemuan dengan media
Secara singkat,berbagai fakor akan memepengaruhi reaksi orang terhadap media masa. Fakor ini meliputi organisasi personal psikolgi individual seperti potensi biologis,sikap, nilai, kepercayaan sera bidang pengalaman kelompok – kelompok sosial dimana individu menjadi anggota hubungan- hubungan interpersonal pada proses penerimaan,pengelolaan,dan penyampaian informasi.[17]
b.             Pendekatan Motivasional dan Uses and Gratification
1.    Motif kognitif dan Gratifikasi Media
Motif ini menekankan  tentang kebutuhan manusia akan informasi dan kebutuhan untuk  mencapai tingkat ideosional tertentu. Untuk mencapai ada empat teori :
Teori konsistensi yang menekankan kebutuhan individu untuk memelihara orientasi eksternal pada lingkungan.
Teori kategorisasi yang menjelaskan upaya manusia untuk memberi makan tentang dunia berdasarkan kategori internaal dalam diri kita.
Teori atribusi yaitu proses menyimpulkan motif , maksud dan karakteristik orang lain dengan melihat pada perilakunya yang tampak.
Teori objektifikasi yang menerapkan upaya manusia untuk memberikan makana tentang dunia berdasarkan hal-hal eksternal.
2.    Motif Afektif dan Gratifikasi Media
Motif ini menekankan aspek perasan dan kebutuhan mencapai tingkatan emosional tertentu.Ada beberapa teori untuk mencapai semu ini :
Teori reduksi tegangan memandang manusia sebagai sistem tegangan yang memperoleh kepuasan pada pengurangan keterangan.
Teori ekspresif menyatakan bahwa orang yang memperoleh kepuasan dalam mengungkapkan eksistensinya serta menampakan perasaan dan keyakinan.
Teori ego difensif berangapan bahwa dalam hidup ini kita mengembangkan citra diri yang tertentu dan kita berusaha untuk mempertahankan citra diri ini serta berusaha hidup sesuai dengan diri  dan duna kita
Teori peneguhan memandang bahwa orang dalam situasi tertentu akan bertingkah laku dengan suatu cara yang membawanya kepada ganjaran seperti yang telah dialami pada waktu yang lalu
Teori penonjolan memandang manusia sebagai makhluk yang selalu mengembangkan seluruh potensinya untuk memperoleh penghargaan dari dirinya dari  orang lain
Teori afiliasi memandang manusia sebagai makhluk yang mencari  kasih sayang dan penerimaan orang lain.
Teori identifikasi melihat manusia sebagai pemain peranan yang berusaha memuaskan egonya dengan menambah peranan yang memuaskan pada konsep dirinya.[18]
Teori peniruan teori ini memandang manusia sebagai makluk yang selalu mengembangkan kemampuan efektifnya.[19]

Efek Kehadiran Media Massa
Efek social berkenaan dengan perubahan pada struktur atau interaksi social akibat kehadiran media massa. Sudah diketahui bahwa kehadiran televisi meningkatkan status social pemiliknya. Di pedesaan, televisi telah membentuk jaringan-jaringan interaksi sosial yang baru. Pemilik televisi sekarang menjadi pusat jaringan sosial, yang menghimpun disekitarnya tetangga dan penduduk desa seideologi. Televisi telah menjadi sarana untuk menciptakan hubungan yang baru.
Selain itu kehadiran surat kabar, radio, komputer yang dihubungkan dengan internet, handphone, dan media komunikasi massa kontemporer lainnya yang dapat mereorganisasikan kegiatan khalayak.
Menurut Steven H. Chaffee menyebutkan efek kehadiran media massa adalah hilangnya perasaan tidak enak (kesepian, marah, kecewa, dsb) dan tumbuhnya perasaan tertentu terhadap media massa.
Tumbuhnya perasaan senang atau percaya pada media massa tertentu mungkin erat kaitannya dengan pengalaman individu bersama media massa tersebut, boleh jadi faktor isi pesan isi pesan mula-mula amat berpengaruh, tetapi kemudian jenis media itu yang diperhatikan apapun yang disiarkannya.[20]
Kelebihan komunikasi massa dibandingkan komunikasi lainnya adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relative banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.[21]
Efek Komunikasi Massa
a)             Efek Kognitif
Terjadi jika ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan atau informasi.[22]
Efek kognitif juga berkaitan dengan pembentukan dan perubahan citra. Citra adalah gambaran tentang realitas atau dapat dikatakan sebagai dunia menurut persepsi kita. Karena media massa melaporkan dunia nyata secara selektif sehingga media massa sangat mempengaruhi pembentukan citra tentang lingkungan social yang timpang, bias, dan tidak cermat.[23]

b)             Efek Afektif
Timbul ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak yang meliputi segala yang berhubungan dengan emosi, sikap, serta nilai. Efek afektif meliputi:
1.                  Pembentukan dan perubahan sikap.
2.                  Rangsangan emosional.
3.                  Rangsangan seksual.[24]

c)             Efek Behavioral (Efek Konatif)
Merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, meliputi pola-pola tindakan kegiatan atau kebiasaan perilaku. Dan bersangkutan dengan niat, tekat, upaya, usaha yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan.
Sedangkan menurut Keith R. Stamm dan Johne Bowes (1990), efek media massa dibagi menjadi dua, yaitu:
Efek Primer
Meliputi terpaan, perhatian, dan pemahaman. Serta dapat dikatakan secara sederhana bahwa efek primer terjadi jika ada orang mengatakan telah terjadi proses komunikasi terhadap obyek yang dilihatnya.
Efek Sekunder
Meliputi perubahan tingkat kognitif (perubahan pengetahuan dan sikap) dan perubahan perilaku (menerima dan memilih).[25]

Hambatan Psikologi Komunikasi Massa
1.             Perbedaan Kepentingan (Interest)
Kepentingan atau interest akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati pesan. Orang hanya akan memperhatikan pesan (stimulus) yang ada hubungannya dengan kepentingannya.
Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian kita saja tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku tersebut.
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, komunikasi pada komunikasi massa bersifat heterogen, atau meliputi perbedaan usia, pendidikan, pekerjaan, umur, jenis kelamin, agama yang keseluruhannya akan menimbulkan perbedaan kepentingan. Kepentingan atau interest komunikan dalam suatu kegiatan komunikasi sangat ditentukan oleh manfaat atau kegunaan pesan komunikasi itu bagi dirinya. Dengan demikian komunikasi melakukan seleksi terhadap pesan yang di terimanya.

2.             Prasangka (Prejudice)
Menurut Sears prasangka itu berkaitan dengan persepsi orang tentang seorang atau kelompok lain, dan sikap serta perilakunya terhadap mereka.
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungannya yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi itu ditentukan oleh faktor personal (need, pengalaman masa lalu dan status) dan faktor situasional. David Krech dan Richard S. Crutchfield menyebutkan sebagai faktor fungsional dan faktor structural (penentu persepsi berasal semata-mata dari sifat stimulus secara fisik).
Berkenaan dengan kegiatan komunikasi, prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan bagi tercapainya suatu tujuan. Komunikan yang mempunyai prasangka, sebelum pesan disampaikan sudah bersikap curiga dan menentang komunikator. Prasangka seringkali tidak didasarkan pada alas an-alasan objektif. Menurut Effendy, dalam prasangka, emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan atas dasar prasangka tanpa menggunakan pikiran yang rasional. Emosi seringkali membuat pikiran dan pandangan kita terhadap fakta yang nyata. Karena itu sekali prasangka itu sudah menguasai, maka seseorang tak akan berpikir secara objektif, dan segala apa yang dilihat dan didengar selalu akan dinilai secara negative.
Untuk mengatasi hambatan komunikasi yang berupa prasangka yang ada pada komunikan, maka komunikator yang akan menyampaiakan pesan melalui media massa sebaiknya komunikator yang netral, dalam arti Ia bukan lah orang yang controversial. Untuk menghindari prasngka komunikan, komunikator yang dipilih juga harus mempunyai reputasi yang baik, artinya Ia tidak pernah terlibat dalam suatu peristiwa yang telah membuat luka hati komunikan, apakah lewat pernyataan, pertanyaan atau tindakan fisik. Dengan kata lain, komunikator itu harus acceptable (dapat diterima), disamping harus memiliki kredibilitas yang tinggi karena kemampuan dan keahliannya.

3.             Stereotip
Stereotip menurut Gerungan merupakan gambaran atau tanggapan tertentu mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang atau golongan lain yang bercorak negative. Stereotip mengenai orang lain itu telah terbentuk pada orang yang berprasangka, meski sesungguhnya orang yang berprasangka itu belum bergaul dengan orang yang diprasangkainya. Jadi stereotip itu terbentuk pada dirinya berdasarkan keterangan-keterangan yang kurang lengkap dan subjektif.

4.             Motivasi
Motif menurut Gerungan merupakan suatu pengertian yang meliputi semua penggerak, alas an-alasan atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu. Perbuatan dan tingkah laku manusia tentu sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya.[26]
Manfaat Media Massa
1.             Menghibur (to intertaint)
2.             Menginformasikan (to inform)
3.             Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan atau nilai seseorang
a.              Mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang
b.             Menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu
c.              Memperkenalkan etika atau menawarkan system nilai tertentu
4.             Menganugerahkan status
5.             Menciptakan rasa kebersatuan, namun media massa juga membuat orang menjadi pravatisasi, yaitu kecenderungan seseorang untuk menarik diri dari kelas social dan mengucilkan diri ke dalam dunianya sendiri.[27]





IV.                   KESIMPULAN

Dakwah adalah kegiatan untuk membina manusia agar mentaati ajaran Islam guna memperoleh kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
Komunikasi Massa adalah jenis komunikasi yang ditunjuk kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonym, melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.
Semua hukum yang berlaku dalam ilmu komunikasi berlaku juga dalam dakwah,hambatan komunikasi adalah hambatan dakwah,dan bagaimana mengungapkan apa yang tersembunyi di balik perilaku manusia dakwah sama juga dengan apa yang harus dikerjakan pada manusia dakwah sama juga dengan apa yang harus dikerjakan pada manusia komunikan. Tegasnya  cara kerja psikologi  komunikasi sama dengan cara kerja perilaku dakwah dan pelaku komunikasi adalah sama yaitu manusia yang berfikir,berperasaan dan berkeinginan. Jadi dakwah kepada masa adalah dakwah kepada orang-orang yang belum tentu menyiapkan diri untuk menerima pesan dakwah. Mereka boleh jadi terkonsentrasi di suatu daerah, bisa juga tersebar ke seluruh pelosok indonesia atau bahkan di negara lain.












DAFTAR PUSTAKA
Aldiyantoro, Elvinaro dkk, Komunikasi Massa, Bandung: SIMBIOSA REKATAMA MEDIA, 2007
Armawati, Arbi, Psikologi komunikasi dan Tabligh, Jakarta: AMZA, 2012
Aziz, Mohammad Ali, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana Persada Media Group,
Cangara, Hafield, Pengantar Ilmu Komunikasi (Edisi Revisi), Jakarta: Rajawali Pers, 2009
Devito, Joseph A., Komunikasi Antarmanusia (Edisi Kelima), Jakarta: Profesional Book, 1997
Faqih, Ahmad, Sosiologi Dakwah, Semarang, 2015
Gerungan, W. A., Psikologi Sosial, Bandung: PT Refika Aditama, 2004
Ilyas, Ismail dan Hotman,  Filasafat Dakwah : Rekayasa Membangun Dakwah Agama dan Peradaban Islam, Jakarta: KENCANA, 2011
Mubarak, Ahmad, Psikologi Dakwah Membangun Cara Berfikir dan Merasa, Malang: Madani Press, 2014
Muchsin, Faizah Effendi  Lalu, Psikologi Dakwah, Jakarta: KENCANA, 2006
Pimay, Awaludin, Metodologi Dakwah, Semarang: RaSAIL, 2006
Rakhmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007
Syukir, Asmuni, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al Ikhlas, 1983


[1] Ahmad Mubarak, Psikologi Dakwah \membangun Cara Berfikir dan Merasa, (Malang: Madani Press 2014), hlm 158
[2] Ilyas Ismail dan Hotman, Filsafat Dakwah RekayasaMembangun Dakwah Agama dan Peradaban Islam, (Jakarta: Kencana 2011), hlm 27-30
[3] Mohammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana Persada Media Group), hlm 11
[4]Faizah Effendi Lalu Muchsin, Psikologi dakwah (Jakarta: Kencana 2006)
[5] Ahmad Faqih, Sosiologi DAkwah, (Semarang: 2015), hlm 10
[6] Elvinaro Ardiyanto, Lukiyati Kumala, Siti Karlinah, Komunikasi Massa, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media 2007) hlm 3-6
[7] Awaludin Pimay, Metodologi Dakwah (Semarang: RaSAIL 2006) hlm 34
[8] Achmad Mubarak, Psikologi Dakwah (Malang: Madani Press 2014) hlm 159
[9] Asumsi Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas 1983) hlm 166-167
[10] Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Edisi Revisi) (Jakarta: Rajawali Press 2009) hlm 123
[11] Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Edisi Revisi) (Jakarta: Rajawali Press 2009) hlm 25
[12] Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia (Edisi ke 5) (Jakarta: Profesional Book 1997) hlm 506-507
[13] Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Edisi Revisi) (Jakarta: Rajawali Press 2009) hlm 126-127
[14] Elvinaro Ardiyanto, Lukiyati Kumala, Siti Karlinah, Komunikasi Massa, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media 2007) hlm 103-149
[15] W. A. Gerungan, Psikologi Sosial (Bandung: PT. Refika Aditama 2004) hlm 179
[16] Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2007) hlm 184-189
[17] Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2007) hlm 203-204
[18] Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2007) hlm 208-215
[19] Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi dan Tabligh (Jakarta: AMZA 2012) hlm 223
[20] Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2007) hlm 218-223
[21] Elvinaro Ardiyanto, Lukiyati Kumala, Siti Karlinah, Komunikasi Massa, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media 2007) hlm 90-93
[23] Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2007) hlm 220-221
[24] Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2007) hlm 231-241
[26] Elvinaro Ardiyanto, Lukiyati Kumala, Siti Karlinah, Komunikasi Massa, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media 2007) hlm hlm 90-93
[27] Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia (edisi ke 5), (Jakarta: Profesional Book, 1997) hlm 515-517

Tidak ada komentar:

Posting Komentar