Kamis, 25 Mei 2017

Contoh Bimbingan Konseling Keluarga



Kasus ini terjadi pada sebuah keluarga yang terdiri dari bapak, ibu, dan anak. Bapak bekerja sebagai direktur, ibu sebagai wanita karir, dan anak sebagai pelajar. Bapak dan ibu sibuk dengan pekerjaannya dan anak merasa kesepian dirumah. si anak lebih suka main di luar rumah dan melakukan hal-hal yang menjurus ke hal negatif. Gara-gara masalah anak, ke dua orang tua tersebut selalu bertengkar. Mereka sudah berusaha untuk mengatasi masalahnya secara pribadi tapi belum menemukan jalan keluar.
Karena mereka tidak dapat menyelesaikan masalah yang mereka hadapi, kemudian mereka berinisiatif untuk mengkonsultasikan masalahnya dengan konselor agar dapat menemukan jalan keluar terbaik untuk keluarga tersebut.
Demikian percakapan diantara mereka:
Bapak  : Assalamu’alaikum wr.wb. (mengetuk pintu)
Ko       : Wa’alaikumsalam wr.wb. (sambil membukakan pintu, kemudian berjabat tangan dengan ramah dan mempersilakan duduk anggota tersebut)
Ko       : Wah, saya senang sekali dengan kedatangan anda dengan keluarga anda. Tampaknya seperti ada sesuatu yang penting sehingga anda sekeluarga datang kesini
Ibu       : Iya, bu. Kami sekeluarga ada keperluan sama ibu
Ko       : Sebenarnya apa yang mengganggu pikiran anda sekeluarga
Bapak  : Begini bu, saya seorang pekerja kantor dan saya sibuk dengan pekerjaan saya sehingga saya jarang di rumah
Ko       : Kalau ibu sendiri bagaimana?
Ibu       : Saya juga demikian bu. Saya sibuk dengan pekerjaan saya, jadi saya juga jarang di rumah
Ko       : Kalau menurut adik sendiri bagaimana?
Anak   : Saya merasa kesepian di rumah karena ibu dan bapak sibuk dengan pekerjaanya masing-masing, jadi sering lupa dengan saya
Ko       : Oh begitu (sambil memegang pundak anak). Kemudian apa yang menjadi masalah anda sekeluarga?
Ibu       : Waktu saya masuk ke kamar anak saya, saya menemukan obat-obatan terlarang berada di kamar anak saya. Kemudian saya menenyakan pada anak saya, malah dia marah-marah
Ko       : Kenapa adik bisa seperti itu (sambil melihat mata anak dengan hati-hati)?
Anak   : Saya merasa senang dengan apa yang saya lakukan di luar rumah dengan teman-teman saya. Lagian orang tua saya jarang punya waktu buat anaknya dan tidak peduli dengan saya, malah sibuk sendiri dengan pekerjaan masing-masing (berbicara dengan mata berkaca-kaca dan marah)
Ko       : Saya mengerti apa yang adik rasakan (sambil memegang pundak dan menenangkan). Kemudian menurut bapak sendiri bagaimana? Apakah masalah ini sudah dibicarakan sebelumnya dengan keluarga?
Bapak  : Saat saya mengetahui anak saya seperti itu, saya sangat marah dan merasa kecewa. Tapi malah masalah ini membuat saya bertengkar dengan istri saya
Ibu       : Iya bu, gara-gara masalah ini, suami malah menyuruh saya untuk berhenti bekerja dan di rumah saja untuk mengurus rumah dan anak. Padahal saya tidak suka menjadi ibu rumah tangga, saya lebih suka menjadi wanita karir
Ko       : Jadi itu permasalahan yang menimpa keluarga anda (sambil mengangguk pelan). Kemudian dari adik yang diinginkan apa?
Anak   : Sebenarnya saya tidak menginginkan ibu dan bapak bertengkar gara-gara saya. Saya ingin mereka itu punya sedikit waktu di rumah untuk saya sehingga saya tidak merasa kesepian
Ko       : Memangnya ibu dan bapak pulang kerja jam berapa?
Ibu       : Saya pulang kerja jam 19.00, tapi kalau lembur bisa sampai jam 22.00
Bapak  : Kalau saya pulang kerja jam 19.00, tapi kalau meeting atau bertemu dengan klien bisa sampai tengah malam.
Ko       : Kalau adik sendiri pulang sekolah jam berapa?
Anak   : Saya pulang sekolah jam 14.00, setelah itu saya bermain dengan teman-teman sampai jam 18.00-21.00
Ko       : Apakah setiap hari bapak dan ibu selalu lembur sehingga pulang larut malam?
Bapak  : Tidak juga bu, kalau tidak ada klien biasanya saya terus masuk kamar dan tidur karena merasa capek
Ibu       : Saya juga bu, begitu sampai di rumah, saya terus tidur karena capek dan jarang mengontrol kegiatan anak. Biasannya kita kumpul saat sarapan itupun kalau kami (bapak, ibu) sempat
Ko       : Jadi komunikasi antar anggota keluarga anda kurang sekali?
Bapak  : Iya bu, kami jarang komunikasi. Mungkin kalau ketemu hanya sebentar dan tidak pernah mengobrol banyak.
Ko       : Kalau hari libur kerja kalian di rumah atau pergi bersama?
Ibu       : Kalau hari libur, saya sering pergi dengan ibu-ibu arisan tapi itu cuma sebentar
Bapak  : Kalau saya diam di rumah sambil buka-buka dokumen untuk hari esok
Anak   : Saya kalau hari libur main ke rumah teman, karena kalau saya di rumah merasa bosan, orang tua saya selalu sibuk sendiri-sendiri.
Ko       : Kemudian menurut ibu, apakah ibu tetap mau bekerja atau berhenti kerja seperti yang diinginkan oleh suami anda?
Ibu       : Inginnya saya tetap mau bekerja tapi tetap bisa mengurusi rumah tangga dan bisa perhatian sama anak saya.
Ko       : Kalau itu keinginan anda, sebaiknya anda pintar-pintar membagi waktu antara keluarga dan kerjaan anda
Ibu       : Iya bu, saya akan berusaha (sambil menganggukkan kepala)
Ko       : Kalau dari bapak sendiri bagaimana?
Bapak  : Kalau saya, sebisa mungkin akan membagi waktuantara pekerjaan dan keluarga saya. Saya sadarkalau keluarga itu lebih penting dari pekerjaan
Ko       : Kalau menurut adik sendiri bagaimana?
Anak   : Saya akan merubah sikap saya dan berusaha mengerti kesibukan orang tua saya. Saya juga akan lebih terbuka kepada mereka tentang masalah yang saya rasakan
Ko       : Baiklah kalau begitu, bagaimana perasaan anda masing-masing?
Bapak  : Saya sedikit lega, sekarang kami tahu masalah sebenarnya dari keluarga kami
Ibu       : Iya bu, terima kasih atas waktu yang anda berikan kepada kami
Ko       : Iya, sama-sama. Semoga anda sekeluarga menjadi keluarga yang harmonis kembali (sambil tersenyum lega)
Bapak  : Sekali lagi kami sekeluarga mengucapkan terima kasih banyak (sambil berdiri untuk  pamitan)
Ko       : Iya pak, sama-sama (berdiri dan kemudian berjabat tangan) hati-hati dijalan ya   (tersenyum dan mengelus kepala anak dengan lembut)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar