Jumat, 26 Mei 2017

Makalah BK Kelompok (Kelompok dan Kerumunan)




KELOMPOK DAN KERUMUNAN
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Bimbingan Konseling Kelompok
Dosen Pengampu: Widayat Mintarsih, M. Pd.

Disusun Oleh:

Nurul Aini                               (1401016008)
Ikrima Hasni Marfu’ah           (1401016009)
Choirunnisa’                            (1401016014)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2017
 



I.                   PENDAHULUAN
            Manusia pada umumnya dilahirkan seorang diri, namun manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa orang lain, karena sifat manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan teman, partner, dan kawan. Hampir semua manusia pada awalnya merupakan anggota kelompok sosial yang dinamakan keluarga yang mempunyai tujuan bersama. Dalam kehidupan terdapat klasifikasi tipe-tipe kelompok sosial yang berbeda dengan permasalahan berbeda yang terdapat di dalamnya.
            Sedangkan kerumunan sosial atau social aggregate adalah sekumpulan orang yang berada di suatu tempat akan tetapi di antara mereka tidak berhubungan secara tetap. Pengelompokan manusia seperti itu disebut juga kolektivitas yaitu kumpulan manusia pada suatu tempat dan suatu waktu yang sifatnya sementara.
            Dari pemaparan tersebut maka dalam makalah ini akan membahas mengenai perbedaan “Kelompok dan Kerumunan” dari para ahli ataupun dari segi lainnya.    

II.                RUMUSAN MASALAH
A.    Apa pengertian Kerumunan dan Kelompok ?
B.     Apa sajakah faktor-faktor pengikat kelompok ?
C.     Bagaimana pengertian kelompok berdasarkan persepsi, motivasi, tujuan, organisassi, interrpedemsi, dan interaksi?
D.    Bagaimana pembentukan kelompok homogen dan heterogen ?
E.     Bagaimana organisasi di dalam kelompok ?
F.      Bagaimana pertumbuhan kelompok (tahap pembentukan, pancaroba, pembentukan norma, dan tahap berprestasi)?
G.    Apa saja jenis-jenis dan karakteristik kelompok ?

III.             PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kerumunan dan Kelompok
Para ahli psikologi sosial begitu tertarik dengan persoalan tersebut, dimana pada analisis tentang kerumunan ternyata banyak sekali ditemukan hal-hal yang menarik, baik ditinjau dari sudut perilaku individual maupun tingkah laku atau gerak massa yang merupakan suatu fenomena yang paling berkaitan. Istilah yang menunjukkan masalah tersebut banyak dikemukakan seperti, Gejala Masa (Broeen, 1954), Dinamika Kolektif (Long dan Long, 1961), Tingkah Laku Massa (Konig, 1958), dan Tingkah Laku Kolektif (Smelser, 1963), dinama terminologi tersebut menunjukkan pengertian yang secara nisbi dapat dainggap sama, yaitu tentang suatu kelompok manusia yang berkumpul pada suatu ruangan dan waktu yang sama, tumbuh dan mengarahkan tingkah laku secara spontan. Sedangkan pengertian kelompok secara umum sering diartikan sebagai kumpulan beberapa orang yang memiliki norma dan tujuan tertentu, memiliki ikatan batin antara satu dengan yang lain, serta meski bukan resmi, tapi memiliki unsur kepempinan di dalamnya.[1]
Kerumunan adalah: berkumpulnya sejumlah orang yang masing-masing tidak mempunyai hubungan.
Kelompok adalah: berkumpulnya sejumlah orang yang saling berkaitan satu sama lainnya(terikat oleh tujuan bersama dan peranan mereka masing-masing atau merasa senasib sepenanggungan).[2]
B.     Faktor-faktor Pengikat Kelompok
Dalam buku Konsep Dasar Bimbingan Kelompok sebuah kelompok mempunyai faktor-faktor yang dapat mengikat seseorang dengan kelompoknya, diantaranya:
1.      Adanya pemimpin yang mempunyai tujuan yang realistis, sederhana dan memiliki nilai keuntungan bagi pribadi (high valuable). Lalu adanya tujuan yang muluk dan ide yang terlalu idealis kurang mendapat tempat bagi individu untuk berkelompok. Terkecuali bagi organisasi-organisasi tertentu yang membutuhkan hal tersebut.
2.      Masalah kepemimpinan dalam kelompok. Masalah kepemimpinan cukup berperan dalam menentukan kekuatan ikatan antar anggota kelompok.
3.      Interaksi dalam kelompok secara seimbang merupakan alat perekat yang baik dalam membina kesatuan dan persatuan.
Kondisi kepemimpinan yang dapat tersusunnya norma bersama. Dapat mengakibatkan seseorang meninggalkan kerumunannya. Sebuah kerumunan dapat berubah menjadi kelompok apabila dalam kerumunan tersebut muncul faktor-faktor berikut:
1.      Interaksi antara orang-orang di dalam kerumunan.
2.      Tujuan yang sama di antara orang-orang di dalam kerumunan.
3.      Kepemimpinan yang dipatuhi oleh orang-orang di dalam kerumunan.
4.      Ikatan emosional sebagai rasa kebersamaan pada orang-orang di dalam kerumunan.
5.      Norma yang diakui dan dianut oleh semua orang di dalam kerumunan.
Ataupun sebaliknya, sebuah kelompok dapat berubah menjadi kerumunan, yang disebabkan oleh surutnya kepemimpinan dalam kelompok, serta hilangnya beberapa atau salah satu dari kelima faktor pengikat kelompok yang telah dikemukakan di atas, seperti demikian itulah kelompok kurang kompak.
Adapun kelompok yang disebut dengan kelompok semua atau kelompok yang mengambang. Seperti layaknya para penonton sepak bola yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu menonton pertandingan bola, namun terselip tujuan-tujuan lain.
Sehingga jelas bahwa kelompok adalah suatu keadaan ilmiah yang akan dijumpai manusia dimanapun ia berada. Dari kelompok, manusia belajar tentang hidup bermasyarakat, mempelajari tentang nilai-nilai dan norma, serta diarahkan untuk dapat memainkan peranan, baik sebagai sseorang pemimpin maupun sebagai anggota masyarakat.
Dengan telah terbentuknya kelompok, pemimpin kelompok hendaknya tidak terlalu banyak melibatkan diri dalam kegiatan kelompok. Ia adalah orang yang berada di luar kelompok, tetapi dekat dengan kelompok sebagai anarasumber, pengamat, dan pengarah kelompok. Sangatlah beruntung jika pemimpin kelompok segera melaksanakan tugas tersebut. Jika tidak, pemimpin kelompok harus dirangsang untuk segera bertindak.[3]
Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa orang-orang atau kerumunan dapat berubah menjadi kelompok apabila di dalamnya muncul dan berkembang faktor-faktor pengikat sebagai berikut:
1.      Interaksi antara orang-orang yang ada di dalam kumpulan atau kerumunan itu.
2.      Ikatan emosional sebagai pertanyaan kebersamaan.
3.      Tujuan atau kepentingan bersama yang ingin dicapai.
4.      Kepemimpinan yang dipatuhi dalam rangka mencapai tujuan atau kepentingan bersama.
5.      Norma yang diakui dan di ikuti oleh mereka yang terlibat di dalamnya.[4]

C.    Pengertian Kelompok (berdasarkan Persepsi, Motivasi, Tujuan, Organisasi, Interpedensi, dan Interaksi)
            Para ahli tidak memiliki pengertian atas definisi kelompok secara spesifik, dikarenakan masing-masing mempunyai sudut pandang yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.[5] Namun kita dapat memandang definisi kelompok dari beberapa macam sedut pandang, diantaranya:
1.      Segi Persepsi
a.       Smith, bahwa kelompok sosial adalah unit yang terdiri atas sejulah orang yang memiliki persepsi kolektif mengenai kesatuan mereka dan yang memiliki kemampuan untuk bertindak dalam cara yang sama terhadap lingkungan mereka.
b.      Bales, kelompok adalah jumlah individu yang berinteraksi dengan sesamanya secara tatap muka atau serangkaian pertemuan, dimana masing-masing anggota saling menerima impresi atau persepsi anggota lain dalam suatu waktu tertentu dan menimbulkan suatu pertanyaan yang kemudian membuat masing-masing anggota bereaksi sebagai reaksi individual.[6]
Pengertian kelompok dari segi persepsi berdasarkan asumsi bahwa anggota kelompok sadar dan mempunyai persepsi bersama akan hubungan mereka dengan anggota lainnya. Dalam hal ini Smith menggunakan istilah sosial group sebagai suatu unit yang terdisi atas beberapa anggota yang mempunyai persepsi bersama tentang kesatuan mereka.[7]
2.      Segi Motivasi
a.       Cattel, mengatakan bahwa kelompok adaah kumpulan individu yang dalam hubungannya dapat memuaskan kebutuhan satu dengan yang lainnya.[8]
b.      Bass, we define groups as a collection of individuals whose existance as as collection is rewarding to the individuals, yang artinya “kita mendefinisikan kelompok sebagai kumpulan individu yang keberadaan sebagai koleksi yang menguntungkan kepada individu” dalam hal ini Bass, menggunakan istilah group bukan social group.
            Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa individu yang bergabung dalam suatu kelompok mempunyai keyakinan bahwa kebutuhan yang muncul pada dirinya akan terpenuhi, ini sejalan dengan definisi Bass yang menitik beratkan adanya rewarding dari kelompok terhadap individu yang ada dalam kelompok.
3.      Segi Tujuan
      Pengertian kelompok hampir sama dengan pengertian dari segi motivasi. Mills mengatakan bahwa “hanya apa yang kelompok-kelompok kecil kita mengacu kepada? Untuk membuatnya lebih sederhana, mereka adalah unit yang terdiri dari dua atau lebih orang yang datang ke dalam kontak bermakna”. Dari apa yang dipaparkan oleh Mills, kesimpulannya menitikberatkan dalam pengertian kelompok dilihat dari adanya purpose atau tujuan dan memandang kontak dalam kelompok adalah meaningful. Dalam hal ini Mills menggunakan istilah the small group atau hanya group.[9]



4.      Segi Organisasi    
      Mc David dan Harari mengatakan, kelompok adalah suatu sistem yang diorganisasikan pada 2 orang atau lebih yang dihubungkan satu dengan lainnya dimana sistem tersebut menunjukkan fungsi yang sama.
5.      Segi Interdependensi
      Lewin, mengatakan bahwa unsur-unsur yang terkandung dalam sebuah kelompok ssebagai kelompok yang dinamik yaitu menunjukkan saling ketergantungan antara tiap-tiap anggota yang direalisasikan dalam persamaan tujuan.
      Fiedler, mengatakan bahwa kelompok adalah serangkaian individu yang mempunyai persamaan yang saling berdekatan dan terlibat dalam suatu tugas bersama oleh karena itu anggota kelompok merasa tergantung dalam mencapai suatu tujuan bersama.
      Catwright dan Zender, mengatakan bahwa kelompok adalah sekumpulan individu yang melakukan hubungan dengan orang lain yang menunjukkan saling ketergantungan pada tingkatan yang berarti.[10]
      Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa definisi kelompok yang dilihat dari segi interpedensi adalah kumpulan manusia yang saling bergantung satu dengan yang lain. Dalam kaitannya dengan pengertian kelompok  kita dapat melihat adanya interaksi, pengaruh serta tujuan yang sama.[11]
6.      Segi Interaksi
      Homans, menyebutkan “sejumlah orang yang berkomunikasi dengan satu sama lain selama rentang waktu yang intens sehingga setiap orang mampu berkomunikasi dengan yang lainnya secara bertatap muka.”
      Bonner, mengemukakan kelompok adalah sejumlah orang yang berinteraksi dengan sesama yang lainnya dan interaksi tersebut (proses interaksi) membedakan bentuk kelompok-kelompok bersama dengan kelompok lainnya.
      Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa kelompok adalah sekumpulan orang yang terdiri atas dua orang atau lebih yang melakukan interaksi satu dengan yang lainnya dalam suatu aturan yang saling mempengaruhi pada setiap anggotanya. Kosen menambahkan adanya unsur saling tatap muka sebagai kriteria bagi sebuah kelompok. Kata kuncinya adalah memiliki hubungan tertentu yang bermakna bagi mereka.[12]
D.    Pembentukan Kelompok Homogen dan Heterogen
Suatu kelompok disebuthomogen apabila sifat dan kualitas anggota-anggotanya adalah sama. Sebaliknya, suatu kelompok yang disebut heterogen adalah apabila sifat dan kualitas anggotanya berbeda. Bertolak dari suatu asumsi bahwa sesuatu pada hakekatnya merupakan suatu unikum, sebetulnya, tidak mungkin terbentuk kelompok homogen pada suatu kelompok tanpa dipahami sebagai adanya sebuah atau beberapa kesamaan dalam sifat dan mutu tertentu di antara anggota-anggota kelompok tersebut. Sebuah regu barisan kehormatan.
Dalam rangka mencapai suatu tujuan bersama, pembentukan kelompok homogen maupun heterogen tetap fungsional. Tentu saja diperlukan perlakuan-perlakuan tertentu untuk mengajak dua macam kelompok tersebut mencapai tujuan bersamanya. Para anggota kelompok heterogen diharapkan mengesampingkan kepentingan pribadinya demi mencapai tujuan bersama, tetapi diharapkan partisipasi dari masing-masing anggota dalam upaya mencapai tujuan bersama terletak pada adanya variasi kemampuan sehingga apabila suatu tindakan belum mencapai sasaran, masih terdapat tindakan lain yang mungkin membuahkan hasil. Sedangkan, daya kelompok homogen dalam upaya mencapai tujuan bersama terletak pada kesamaan yang mungkin akan menyebabkan terbentuknya kelompok dengan sangat tinggi untuk mencapai tujuan bersamanya.[13]
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam upaya membentuk kelompok dapat dikembalikan kepada persoalan cara merubah kerumunan menjadi kelompok. Oleh karena itu, persoalan utamanya adalah mengikat kerumunan tersebut dengan lima faktor pengikat kelompok, yaitu interaksi, tujuan bersama, kepemimpinan, ikatan emosional, dan norma bersama.
Masalah yang lebih operasional mungkin dapat berupa:
1.      Kapan lima faktor pengikat kelompok tersebut berfungsi ?
2.      Bagaimana cara agar lima faktor pengikat kelompok tersebut berfungsi ?
Pertanyaan pertama dapat dijawab apabila pada suatu saat terdapat tujuan-tujuan tertentu yang pencapaiannya menjadii kepentingan individu-individu dalam kerumunan. Berdasarkan sudut pandangngan pendidikan, seringkali tujuan-tujuan tersebut tidak disadari oleh individu-individu di dalam kerumunan. Oleh karena itu, sangatlah penting memahami peranan pendidikan yang mempunyai prakarsa membentuk kelompok karena menghayati kepentingan anak didiknya dan dapat memperkirakan bahwa pendapat dan tujuan-tujuan tersebut secara kelompok akan lebih efektif dan efisien.
Pertanyaan kedua dijawab dengan mengadakan langkah-langkah pembentukan kelompok seperti: timbulkan hubungan antara individu (perkenalan, percakapan), tanamkan tujuan bersama dengan menonjolkan pentingnya pencapaian tujuan tersebut, ikat di luar kelompok, rumuskan kesepakatan untuk membentuk norma kelompok, dan akhirnya arahkan mereka untuk memilih sendiri serorang pemimpin kelompok.
Dengan telah terbentuknya kelompok, pemimpin kelompok hendaknya tidak terlalu banyak melibatkan diri dalam kegiatan kelommpok. Ia adalah orang yang berada di luar kelompok, tetapi dekat dengan kelompok sebagai narasumber, pengamat, dan pengarah kelompok. Sangatlah beruntung jika pemimpin kelompok segera melaksanakan tugas tersebut. Jika tidak, pimpinan kelompok harus dirangsang untuk segera bertindak.[14]

E.     Organisasi di Dalam Kelompok
Suatu badan atau organisasi adalah wadah kegiatan anggota-anggota kelompok dalam upaya mencapai tujuan bersama. Agar upaya mencapai tujuan tersebut berjalan dengan efektif dan efisien, perlu disusun mekanisme kerja yang disepakati oleh kelompok. Berdasarkan mekanisme kerja kelompok itulah. Disusun pembagian tugas di antara anggota kelompok. Setiap anggota kelompok yang memikul tugas tertentu akhirnya menjadi agen dari kelompok tersebut. Organisasi di dalam kelompok dapat bersifat sederhana atau terperinci, tergantung pada sukar tidaknya cara-cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan kelompok. Akan tetapi, sering didapatkan organisasi di dalam kelompok yang menunjukkan gejala-gejala tidak efisien. Hal tersebut dapat disebakan oleh bermacam-macam faktor, tetapi kemungkinan faktor yang utama ialah:
1.      Terdapat struktur organisasi yang telah dipercaya dan orang cenderung untuk menggunakannya.
2.      Terdapat anggota-anggota kelompok yang ambisius atau pemimpin kelompok yang kikuk sehingga fungsi pimpinan tersebut ke setiap anggota kelompok.
3.      Terdapat kekaburan tentang tujuan yang akan dicapai dan cara-cara untuk mencapainya sehingga pembagian tugas di salam kelompok tidak relevan dengan tujuan yang akan dicapai.
4.      Terdapat pimpinan kelompok secara sadar ingin menguasai kelompok sehingga organisasi yang telah tersusun tidak berfungsi secara partisipasi.
5.      Terdapat anggota kelompok yang pasif sehingga sebagai organ kelompok dia mengurangi, menghambat, atau mengganggu kegiatan kelompok.
Perlu di ingat kembali, organisasi kelompok yang fungsional ialah organisasi yang relevan dengan tujuan kelompok yang ingin dicapai. Hal tersebut berarti partisipasi setiap anggota kelompok memang merupakan penunjang bagi tercapainya tujuan kelompok tersebut. Pembagian tugas kelompok yang secara fisik terwujud sebagai struktur organisasi hanya dapat tersusun baik apabila ada kejelasan dan kesepakatan tentang cara-cara yang akan digunakan kelompok untuk mencapai tujuannya. Oleh karena itu, tujuan kelompok harus jelas dan dipahami oelah anggota semua kelompok.[15]
F.     Pertumbuhan Kelompok
1.      Tahap pembentukan rasa kekompakan.
                                    Tahap pembentukan kelompok merupakan tahap awal dalam pertumbuhan kelompok. Pada tahap ini, setiap individu dalam melakukan berbagai penjagaan terhadap anggota lainnya mengenai hubungan antar pribadi yang dikehendaki kelompok sekaligus mencoba berperilaku tertentu untuk mendapatkan sebuah reaksi dari lainnya.
2.      Tahap Pancaroba
            Pada tahap ini anggota kelompok mulai mendeteksi kekuatan dan kelemahan masing-masing anggota kelompok melalui interaksi yang intensif, ditandai dengan mulainya terjadinya knflik satu sama lain karena setiap anggota mulai makin menonjolkan dirinya masing-masing.
3.      Pembentukan Norma
            Dalam fase ketiga ini, meskipun konflik terus terjadi, anggota kelompok mulai melihat karakteristik kepirbadian masing-masing secara lebih mendalam, sehingga lebih memahami terjadi perbedaan dan konflik. Pemahaman tentang bagaimana cara berkomunikasi orang-orang tertentu, cara membantu orang lain cara memperlakukan orang lain dalam kelompok akan meeningaktkan ikatan, rasa percaya diri, serta kepuasan hubungan dan konsensus di antara anggota kelompok dalam penngambilan keputusan.
4.      Tahap Berprestasi
            Di tahap fase ini kelompok sudah dibekali dengan suasana hubungan kerja yang harmonis antara anggota yang satu dengan lainnya. Norma kelompok telah disepakati, tujuan dan tugas kelompok serta peran masing-masing anggota telah jelas.
G.    Jenis-jenis dan Karakteristik Kelompok
Dibawah ini merupakan beberapa jenis kelompok yang meliputi:
1.      Kelompok Primer dan Sekunder
      Kelompok primer dicirikan oleh kontak akrab yang kontinue seperti dalam keluarga dan dasar minat yang dikejar pada anak di kampung. Sedangan kelompok sekunder dibentuk atas dasar minat yang dikejar bersama seperti satuan kelas di sekolah dan kelompok pecinta alam dalam kalangan mahasiswa.
2.      Sociogroup and Psychogroup
      Dalam kelompok ini tekanannya terletak pada hubungan antar pribadi. Akan tetapi, tekanan tersebut dapat bergeser sehingga suatu sosiogroup dapat menjadi suatu psychogroup dan sebaliknya. Bahkan dalam kelompok yang sama, tekanannya kadang-kadang diberikan pada tugas yang dikerjakan dan pada lain waktu untur kebersamaan lebih diutamakan.
3.      Kelompok yang terorganisasi dan kemompok yang tidak terorganisasi
      Dalam kelompok yang terorganisasi terdapat diferensiasi antara peranan-peranan yang dipegang oleh anggota kelompok sehingga terdapat suatu struktur. Sedangkan pada kelompok yang tidak terorganisasi, setiap anggota bergerak lepas.
4.      In Group adn Out Group
      Dalam kelompok yang pertama, para anggota merasa terikat dan menunjukkan loyalitas satu sama lain.anggota outgroup adalah mereka yang bukan anggota kelompok tertentu. Di antara mereka terdapat rasa loyalitas, simpati, dan keterikatan bahkan mungkin terdapat rasa antipati dan rasa benci. Kelompok yang dibentuk untuk kepentingan kegiatan bimbingan tidak mengikuti pola pembedaan tersebut karena kelompok/gabungan tersebut tidak pernah boleh menghasilan perbedaan tajam karena itilah “kita-kita ini dan yang lain, yang jauh dari kita”.
5.      Kelompok yang keanggotaannya bebas serta atas daar sukarela dan kelompok yang keanggotaannya diajibkan.
      Di antara kelompok yang dibentuk untuk kegiatan bimbingan terdapat kelompok yang dibentuk atas dasar sukarela, mislanya kelompok konseling. Selain itu terdapat pula kelompok yang dibentuk atas dasar kewajiban sebagai siswa yang bersekolah di institusi pendidikan tertentu, misalnya satuan kelas pada waktu tertentu menerima bimbingan karier.
6.      Kelompok tertutup dan terbuka
      Kelompok tertutup terdiri atas mereka yang mengikuti kegiatan kelompok sejak permulaan dan tidak menerima anggota baru sampai kegiatan kelompok berhenti. Sedangkan kelompok terbuka memungkinkan adanya orang yang keluar dan orang lain yang masuk selama kegiatan kelompok berlangsung. Kelompk kecil yang dibentuk dengann tujuan khusus, cenderung bersifat tertutup seperti kelompok konseling. Sedangkan kelompok besar lebih bersifat terbuka seperti satuan kelas jika ada siswa baru masuk.
                        Berikut merupakan beberapa karakteristik dalam kelompok yang memiliki istilah-istilah tertentu, diantaranya:
1.      Kelompok Bimbingan (a Group ffor Guidence)
      Istilah kelompok bimbingan khusus digunakan di institusi pendidikan sekolah dan menunjuk pada sejumlah siswa dan mahasiswa yang dikumpulkan bersama untuk kegiatan bimbingan. Dalam hal ini kelompok terdiri atas mereka yang telah tergabung dalam suatu satuan untuk kegiatan pengajaran seperti satuan kelas tertentu, tingkatan kelas tertentu yang terdrii atas beberapa satuan kelas, dan semester yang mengikuti program studi tertentu. Kelompok atau group juga dapat dibentuk lepas daari struktur organisasi pengajaran, di mana jajaran anggotanya berasal dari berbagai satuan kelas, tingkatan kelas, dan tingkatan semester.
2.      Kelompok Konseling (Counseling Group)
      Kelompok konseling dibentuk untuk keperluan konseling di bawah tangung jawab seorang konselor profesional. Dalam kelompok ini berlangsung suatu proses konseling. Oleh karena itu, seluruh anggota kelompok ini diberi nama “para konseli” yang berkomunikasi dengngan konselor dan dengan anggota lain/peserta lain dalam kelompok. Kelompok ini beranggotakan sekitar enam orang, termasuk kelompok kecil.
3.      Kelompok-T (Training Group)    
      Kelompok-T fokus pada prses kelompok itu sendiri dan mencakup studi tentang dinamika kelompok melalui pengalalaman konkret dalam interaksi satu sama lain dalam kelompok. Metode yang digunakan adalah refleksi atas pengalaman konkret dalam menjalani suatu proses kelompok.
4.      Kelompok Pertemuan (Encounter Group)
      Kelompok pertemuan dirancang untuk memberikan pengalaman mendalam saat berkomunikasi dengan orang lain sehingga para anggota lebih paham akan diri sendiri dan keunikan orang lain. Ungkapan perasaan dalam berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya sangat diharapkan. Perhatian utama bukan diberikan pada kelompok, melainkan ada pengambangan diri sendiri sehingga lebih peka.[16]
      Biasanya di dalam kelompok pertemuan terjadi pertemuan terjadi diskusi kelompok. Diskusi kelompok adalah pertemuan dua orang atau lebih yang ditujukan untuk saling tukar pengalaman dan pendapat, dan menghasilkan keputusan bersama.[17]
5.      Kelompok Maraton (Marathon Group)
      Kelompok maraton bertemu selama satu atau dua hari dalam kontak pribadi yang intensif dan berlangsung terus-menerus, tanpa banyak kesempatan istirahat. Selutuh anggota kelompok mengadakan refleksi atas diri sendiri, dengan melepaskan segala  macam topeng dan usaha pertahanan diri.
6.      Kelompok bantuan (Self Help Group)
      Kelompok bantuan terdiri atas orang yang menyadari telah ketagihan obat bius atau alkohol. Mereka berkumpul bersama dengan orang lain yang senasib dan saling memberi dukungan dalam usaha melepaskan diri dari belenggu ketagihan. Kelompok ini biasanya dipimpin oleh orang yang pernah mengalami ketagihan dan telah berhasil melepaskan diri dari kebiasaan buruknya.
7.      Kelompok Terapi (Therapy Group)
      Kelompok ini terdiri atas orang yang mengalami gangguan serius dalam kesehatan mental dan menunjukkan gejala perilaku nerotik, bahkan mungkin psikotik. Kelompok tertapi beranggotakan terbatas dan terbentuk atas prakarsa seseorang ahli psikoterapi atau psikolog klinis yang bertanggung jawab terhadap proses terapi dalam kelomok. Tujuan terapi dalam kelompok adalah perubahan dalam struktur kepribadian para anggota, maka kelompok atau grrup terapi berkumpul secara berkala selama jangka waktu yang lama.[18]





IV.             KESIMPULAN
Kerumunan adalah: berkumpulnya sejumlah orang yang masing-masing tidak mempunyai hubungan.
Kelompok adalah: berkumpulnya sejumlah orang yang saling berkaitan satu sama lainnya(terikat oleh tujuan bersama dan peranan mereka masing-masing atau merasa senasib sepenanggungan).
Sedangkan sekumpulan orang-orang yang berkerumun dapat berubah menjadi kelompok apabila didalamnya muncul beberapa faktor pengikat sebagai berikut:
1.      Interaksi antara orang-orang yang ada di dalam kumpulan atau kerumunan itu.
2.      Ikatan emosional sebagai pertanyaan kebersamaan.
3.      Tujuan atau kepentingan bersama yang ingin dicapai.
4.      Kepemimpinan yang dipatuhi dalam rangka mencapai tujuan atau kepentingan bersama.
5.      Norma yang diakui dan di ikuti oleh mereka yang terlibat di dalamnya.

DAFTAR PUSTAKA
Adhiputra, Aa. Ngurah. Konseling Kelompok. Media Akademi: Yogyakarta. 2015
Hartinah, Siti. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. PT. Reflika Adhitama: Bandung. 2009
Sukardi, Dewa Ketut. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di        Sekolah. Pt. Rineka Cipta: Jakarta. 2008
Walgito. Psikologi Kelompok. CV. ANDI OFFSET: Jogjakarta. 2010
 





[1] Siti Hartninah. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. PT.Reflika Adhitama: Bandung. 2009. Hal: 15
[2] Aa. Ngurah Adhiputra. Konseling Kelompok. Media Akademi. Yogyakarta. 2015. Hal: 2
[3] Siti Hartinah. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. PT. Refika Adhitama. Bandung. 2009. Hal:30
[4] Aa. Ngurah Adhiputra. Konseling Kelompok. Media akademi. Yogyakarta. 2015. Hal: 3-4
[5] Walgito. Psikologi Kelompok. CV.Andi Offset. Jogjakarta. 2010. Hal: 28.
[6] Siti Hartinah. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. PT. Reflika Adhitama. Bandung. 2009. Hal: 22
[7] Walgito. Psikologi Kelompok. CV.Andi Offset. Jogjakarta. 2010. Hal: 6
[8] Siti hartinah. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. PT. Refika Adhitama. Bandung. 2009. Hal: 23
[9] Walgito. Psikologi Kelompok. CV.Andi Offset. Jogjakarta. 2010. Hal: 7
[10] Siti hartinah. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. PT. Refika Adhitama. Bandung. 2009. Hal: 24
[11] Walgito. Psikologi Kelompok. CV.Andi Offset. Jogjakarta. 2010. Hal: 7
[12] Siti Hartinah. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. PT. Reflika Adhitama. Bandung. 2009. Hal: 24.
[13] Siti hartinah. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. PT. Refika Adhitama. Bandung. 2009. Hal: 27
[14] Siti hartinah. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. PT. Refika Adhitama. Bandung. 2009. Hal: 30

[15] Siti Hartinah. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. PT. Reflika Adhitama. Bandung. Hal: 28
[16] Sitti Hartinah. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. PT.Feflika Adhitama. Bandung. 2009.  Hal. 29-47.
[17] Dewa Ketut Sukardi. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. PT.
Rineka Cipta. Jakarta. 2008. Hal: 220.
[18] Sitti Hartinah. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. PT. Raflika Adhitama. Bandung. 2009. Hal: 47-48

Tidak ada komentar:

Posting Komentar