PENGELOLAAN PSIKOLOGI DAKWAH MEDIA MASSA
Disusun Guna
Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Psikologi Dakwah
Dosen Pengampu
: Dr. Ali Murtado,M.Pd.
Disusun oleh
Choirunnisa’ (1401016014)
Ahmad Ainur Rofiq (1401016076)
Slamet Wibisono (1401016094)
Susi lidyawat (1501016028)
FAKULTAS DAKWAH DAN
KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
I.
PENDAHULUAN
Ketika
islam baru datang 14 abad yang lalu, dakwah islam dilakukan dengan tatap muka
langsung satu persatu atau kepada sekelompok orang. Selama berabad abad,
kecuali dipadang arafah setiap musim haji, metode inilah yang dilakukan dan hal
ini sudah memenuhi kebutuhan, yakni menjangkau mad’u. Pada abad ke 19 -20 mulai
muncul forum dakwah dalam bentuk ceramah umum, dihindari oleh sejumalah besar
orang dan menggunakan alat bantu, yaitu pengeras suara. Ceramah agama di
stadion senayan misalnya, dihadiri oleh lebih dari seratus ribu orang.
Dewasa
ini diera globalisasi tak bisa dihindari dimana arus informasi dan kebudayaan
manca negara langsung masuk kerumah – rumah penduduk melalui media masa,
padahal arus informasi dan kebudayaan asing itu menjadi saingan berat dari
seruan dakwah islami, maka dakwah melalui media masa merupakan satu keharusan
meski hanya bagaian setetes embun di tengah dinamika atau lebih tepatnya
kegerahan masyarakat bumi. Hari- hari ini internet dengan twitter,
facebook,youtube dan jejaring sosial lainya bahkan telah menjadi pilihan media
untuk sosialisasi gagasan, baik untuk kepentingan umum maupun bisnis.[1]
Seperti yang kita tahu, psikologi dakwah adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari segala gejala kehidupan kejiwaan (proses metal para pelaku kegiatan
dakwah, yaitu dai dan mad’u) dalam mencapai tujuan dakwah. Kegiatan dakwah
sendiri merupakan proses menyampaikan, mengajarkan serta mempraktikkan ajaran
Islam dengan menjadikannya landasan norma, etika kemanusiaan dalam melaksanakan
hak dan kewajiban.
Dalam kegiatan dakwah, da’i menyampaikan pesan
kepada mad’u melalui banyak cara. Diantaranya adalah melalui metode al-hikmah,
mau’idzotul hasanah, dan mujadalah. Namun pada masa sekarang ini, banyak para
da’i yang menggunakan media masa sebagai alat bantu dalam berdakwah.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Bagaimana dakwah dalam Komunikasi Massa?
B.
Bagaimana pengelolaan Psikologi Media Massa?
III.
PEMBAHASAN
A.
Dakwah
dan Komunikasi Massa
1.
Pengertian
Dakwah
Dalam
bahasa Al-qur’an, dakwah terambil dari kata دعا, يدعو,
دعوة yang secara etimologi
(bahasa) memiliki kesamaan makna dengan kata al nida yang berarti menyeru atau
memanggil. Secara terminology (istilah) adalah suatu kegiatan untuk memotivasi
orang dengan bersirah, supaya menempuh jalan Allah dan meninggalkan agamanya
(yang dahulu).[2]
Dakwah
adalah setiap usaha atau aktifitas dengan lisan,tulisan dan lainya yang
bersifat menyeru, mengajak,memanggil manusia untuk beriman dan menaatai Alloh
sesuai dengan garis- garis kaidah dan syariat serta akhlak islamiyah.
Berdasarkan definisi- definisi dakwah yang telah disebutkan di atas,
sesungguhnya esensi dakwah terletak pada usaha pencegahan (preventif) dari
penyakit- penyakit masyarakat yang bersifat psikis dengan cara mengajak,
memotivasi,merangsang serta membimbing individu atau kelompok agar sehat dan
sejahtera jiwa dan raganyaa, sehingga mereka dapat menerima ajaran agama dengan
penuh kesadaran dan dapat menjalankan ajaran agama sesuai dengan tuntunan
syariat islam.[3]
Dakwah
adalah pekerjaan yang mengkomunikasikan pesan Islam kepada manusia secara lebih
operasional, Dakwah adalah mengajak atau mendorong manusia kepada tujuan yang
definitive yang rumusannya bisa diambil dari Al-qur’an dan hadis, atau
dirumuskan oleh da’I, sesuai dengan ruang lingkup dakwahnya.[4]
Menurut
Syekh Ali Mahfudz, dakwah adalah mendorong manusia untuk menuju kebaikan dan
petunjuk, dan menyuruh berbuat baik dan mencegah berbuat munkar untuk mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat. Dakwah adalah ajakan kepada manusia untuk
beriman, Islam dan Ihsan.[5]
Jadi
Dakwah adalah kegiatan untuk membina manusia agar mentaati ajaran Islam guna
memperoleh kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
2.
Pengertian
Komunikasi Massa
Menurut Bittner Komunikasi Masa adalah pesan yang dikomunikasikan
melalui media massa pada sejumlah besar orang. Dari definisi tersebut dapat
diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi
sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat
akbar dilapangan luas yang dihari oleh ribuan bahkan puluhan ribu orang, jika
tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa.
Menurut Garbner, yakni Komunikasi Masa adalah produksi dan
distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang
kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industry. Dari
definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu
produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan,
didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jangka waktu
yang tetap. Misalnya harian, mingguan, dwimingguan atau bulanan. Proses
memproduksi pesan tidak dapat dilakkukan oleh perorangan, melainkan harus oleh
lembaga dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa
akan banyak dilakukan oleh masyarakat industry.
Menurut Meletzke komunikasi masa diartikan sebagai setiap bentuk
komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran
teknis secara tidak langsung dan satu arah pada public yang tersebar. Tersebar
menunjukan bahwa komunikan sebagai pihak penerima pesan tidak berada disatu
tempat tetapi tersebar diberbagai tempat.
Jadi, Komunikasi Massa adalah jenis komunikasi yang ditunjuk kepada
sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen (karena komunikan terdiri dari
lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dibedakan berdasarkan faktor usia,
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat
ekonomi) dan anonim (komunikator tidak mengenal komunikan, karena komunikasinya
menggunakan media dan tidak tatap muka) melalui media cetak (surat kabar dan
majalah) atau elektronik (radio siaran dan televisi) sehingga pesan yang sama
dapat diterima secara serentak dan sesaat.[6]
3.
Hubungan
Dakwah dan Komunikasi Massa
Secara teknis dakwah adalah komunikasi antara da’i (komunikator)
dan mad’u (komunikan). Semua hukum yang berlaku dalam ilmu komunikasi berlaku
juga dalam dakwah,hambatan komunikasi adalah hambatan dakwah,dan bagaimana
mengungapkan apa yang tersembunyi di balik perilaku manusia dakwah sama juga
dengan apa yang harus dikerjakan pada manusia dakwah sama juga dengan apa yang
harus dikerjakan pada manusia komunikan. Tegasnya cara kerja psikologi komunikasi sama dengan cara kerja perilaku
dakwah dan pelaku komunikasi adalah sama yaitu manusia yang
berfikir,berperasaan dan berkeinginan.
Dakwah media masa adalah sarana yang digunakan oleh da’i untuk
menyampaikan materi dakwah. Pada masa kehidupan Nabi Muhammad saw, media yang
paling banyak digunakan adalah media audiatif yakni menyampaikan dakwah dengan
lisan. Namun tidak boleh dilupakan bahwa sikap dan perilaku Nabi juga
menerapkan media masa dakwah secara visual yaitu dapat dilihat dan ditiru oleh
objek dakwah. Namun untuk era jaman sekarang media masa dakwah sudah modern dan
canggih yang terdapat media massa dakwah yang efektif, yang berupa media visual,
audio, audiovisual.
Adapun karakteristik dakwah melalui media komunikasi masa sebagai
berikut ini :
1.
Pada
komunikasi masa arus informasi dakwah terkendali di tangan pemberi pesan,yakni
da’i tidak dipengaruhi oleh reaksi khalayak mad’u.
2.
Pada
komunikasi massa reaksi mad’u sebagai umpan balik terhadap dakwah yang
disampaikan hanya dilakukan melalui beberapa saluran saja. Misalnya surat
pembaca,atau telepon dari pendengar.
3.
Dakwah
tatap muka mad’u dapat mengungapkan stimulin melalui seluruh alat inderanya.
Sedangkan dari komunikasi masa seperti radio hanya terdengar suaranya,dari TV
hanya terdengar suara dan terlihat gerakanya, dari surat kabar hanya dapat
dibaca pikiranya.
4.
Jika
bedakwah melalui radio atau TV maka suara dan isi dakwah menjadi terpenting,dan
jika melalui koran, maka pikiran meliputi bahasa dan logika menjadi hal yang
terpenting.[7]
Jadi dakwah kepada masa adalah dakwah kepada orang-orang yang belum tentu
menyiapkan diri untuk menerima pesan dakwah. Mereka boleh jadi terkonsentrasi
di suatu daerah, bisa juga tersebar ke seluruh pelosok indonesia atau bahkan di
negara lain.[8]
Jika dakwah pada seorang atau sekelompok orang dapat di lakukan secara
langsung melalui komunikasi interpersonal, maka dakwah pada sejumlah besar
orang yang tersebar di berbagai tempat harus memperhatikan prinsip-prinsip
komunikasi masa dalam memilih media dakwah.:
a)
Tidak ada satu mediapun yang paling baik untuk keseluruhan masalah atau
tujuan dakwah.
b)
Media yang di pilih sesuai dengan tujuan dakwah yang hendak dicapai
c)
Media yang di pilih sesuai dengan kemampuan sasaran dakwahnya.
d)
Pemilihan media hendak di lakukan dengan cara obyektif.
Komunikasi masa adalah
pesan yang di komunikasikan melalui madia massa kepada sejumlah besar
orang. Dewasa ini, jenis-jenis media massa sangat banyak jumlahnya antara lain radio, televisi, surat kabar, majalah, tabloid dan bahkan jaringan informasi melalui komputer
pribadi dan Hp. Mahasiswa islam di Amerika misalnya, mereka menyelenggarakan
pengajian tidak dengan kumpul di satu ruang, tetapi melalui jaringan komputer
di tempat tinggal masing-masing di seluruh kota-kota di Amerika.
Jika dakwah interpersonal mengendalikan kemampuan dan kharisma individual
da’i maka dakwah melalui media massa, ketergantunganya
kepada program lebih tinggi di banding kepada kharisma pribadi da’i. Jika dalam
dakwah interpersonal mad’u relaif mengenal dan menghormati da’i, maka bagaimana
penonton TV atau pembaca koran merespon, apa
senang atau muak, da’i tidak mengetahuinya secara langsung.
Perbedaan sistem komunikasi dalam dakwah interpersonal dengan dakwah
melalui media masa, secara teknis dapat di uraikan sebagai berikut :
a)
Jika seorang da’i ceramah di masjid, maka stimuli dakwahnya dapat di
terima secara langsung oleh jamaah : penampilan, suara dan isi ceramah yang di
sampaikan semuanya dapat di terima oleh jamaah, tetapi dakwah melalui media
masa, stimuli dakwah di terima masyarakat melalui media tehnis, (radio, TV, koran, jejaring sosial), tidak langsung.
b)
Jika seorang da’i ceramah terlalu panjang di masjid, mungkin panitia
akan menegurnya, atau hadirin akan pulang satu persatu karena protes atas
ceramahnya yang menyinggung perasaan mereka. Dalam forum seperti ini, antara
da’i dan mad’u dapat langsung berinteraksi sosial. Akan tetapi, jika seorang
da’i berpidato di corong radio atau layar kaca, pesan dakwah Anda lebih
bersifat satu arah, hanya menyampaikan umpan balik langsung melalui telefon
masih mungkin tetapi jumlahnya sedikit. Seandainya ada kritikan, maka kritikan
itu di sampaikan tidak secara langsung, mungkin melalui surat pembaca, email
atau melalui telepon.
c)
Jika seorang da’i ceramah di dalam masjid, maka materi dakwah yang di
sampaikan di tujukan kepada publik yang terbatas, yaitu mereka yang hadir di
dalam masjid itu, yang relatif memang siap untuk mendengarkan santapan rohani,
dan relatif sudah di kenal, sedangkan jika dia berpidato di corong radio atau
di televisi, pendengar atau penontonya bersifat terbuka, materi dakwahnya di
tujukan kepada publik yang tak terbatas, yang muslim, non muslim, yang siap dan
tidak siap mendengar, yang menyukai dan tidak menyukai, yang di kenal atau yang
tidak dan lebih banyak yang tidak di kenal.
d)
Jika seorang da’i ceramah di masjid, maka mad’u terkonsentrasi, yakni dalam
satu ruang masjid itu, yang suasananya sama, sama-sama kegerahan atau
kedinginan, sedangkan publik pendengar dan penonton televisi tersebar
secara geografis, ada di jakarta, di medan, ujung pandang bahkan di luar
negeri.
B.
Pengelolaan
Psikologi Media Massa
Media adalah
alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator
kepada komunikan. Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi
antarmanusia, media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah panca indra,
seperti mata dan telinga. Pesan-pesan yang diterima panca indra selanjutnya
diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya
terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam tindakan.[10]
Sedangkan media
massa adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang
sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat melihat, membaca, dan mendengarnya.
Media massa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu media cetak dan media
elektronik. Media cetak seperti halnya surat kabar, majalah, buku dan lain
sebagainya, sedangkan media elektronik adalah televisi, radio, komputer dean
lain-lain.[11]
Unsur-unsur
yang terkandung dalam media massa adalah:
a.
Sumber atau komunikator massa.
b.
Khalayak (Audience).
c.
Pesan.
d.
Proses.
e.
Konteks, yaitu hubungan transaksional antara
media dan masyarakat.[12]
Karakteristik Media Massa:
1)
Bersifat melembaga, artinya pihak yang
mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan,
pengelolaan, sampai pada penyajian informasi.
2)
Bersifat satu arah, artinya kurang memungkinkan
terjadinya dialog antara pengirim dan penerima.
3)
Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan dan jarak karena
mempunyai kecepatan.
4)
Bersifat terbuka, artinya pesan dapat diterima
siapa saja dan kapan saja.[13]
Macam-macam Media Massa :
1.
Media Cetak
Media cetak untuk
berbagai jenis media dakwah di sini ialah semua bahan cetakan yang digunakan
untuk memuat dan menyampaikan pesan-pesan dakwah ke pada msyarakat sebagai
sasaran (obyek) dakwah. Bahan cetakan yang memuat informasi dakwah tersebut
harus memenuhi beberapa fungsi sebagai media penyampaian pesan ke pada publik.
Misalnya, informasi tentang sistuasi dan kondisi yang berkaitan dengan
lingkungan masyarakat baik masyarakat di sekitar maupun yang berskala dunia.
Selain itu, media cetak tersebut juga harus memuat tentang upaya peningkatan
pemahaman tentang diri sendiri. Selanjutnya, media cetak itu juga harus memuat
informasi tentang upaya menjalankan peran sosial. Berikutnya, media cetak
termaksud juga harus berisi informasi tentang dorongan untuk memperoleh
kenikmatan jiwa dan estetis.
Media cetak yang dapat
digolongkan ke dalam jenis-jenis media dakwah ialah : buku, surat kabar,
majalah, bulletin, brosur, jurnal, pamplet, stiker, poster, logo (label), dan
sebagainya. Namun kami hanya akan menjelaskan media komunikasi cetak yang mempunyai peran
berskala besar. Di antaranya sebagai berikut:
a.
Buku
Berdakwah melalui buku mempunyai
peranan dan manfaat yang besar pengaruhnya. Buku sebagai media komunikasi
dakwah cetak telah banyak dilakukan oleh para ulama’ baik ulama’ klasik maupun
ulama’ kontemporer. Salah satu ulama’ klasik yang produktif menulis buku adalah
Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali dengan Karyanya Kitab Ihya
Ulumuddin, Misyakatul Anwar, Minhajul Qowim, Minhajul Abidin dll. Begitu
juga dengan ulama’
kontemporer salah satunya adalah Harun Yahya (Nama pena dari Adnan Oktar)
dengan karyanya “Beberapa rahasia Al-Qur’an”, “Indahnya Islam kita”, “melihat
Kebaikan di segala hal” serta buku-buku yang lain yang berjumlah sekitar 40
macam buku.
b.
Surat Kabar
Surat kabar beredar dimana-mana, karena di
samping harganya yang murah beritanya juga sangat up to date dan memuat
berbagai jenis berita. Surat kabar cepat sekali peredarannya karena jika
terlambat beritanya akan out of date. Dakwah melalui surat kabar cukup
tepat dan cepat beredar melalui berbagai penjuru. Karena itu dakwah melalui
surat kabar sangat efektif dan efisien yaitu dengan cara da’i menulis rubrik di
surat kabar tersebut misalnya berkaitan dengan rubrik agama.
Surat kabar juga dikenal dengan nama koran. Koran
berasal dari bahasa Belanda, yaitu krant dan bahasa Perancis, yaitu courant.
Koran atau surat kabar adalah suatu penerbitan yang ringan dan mudah dibuang,
biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah yang disebut kertas koran, yang
berisi berita-berita terkini dalam berbagai topik. Topiknya bisa berupa even
politik, kriminalitas, olahraga, tajuk rencana, cuaca. Surat kabar juga biasa
berisi kartun, TTS dan hiburan lainnya.
Dari
empat fungsi media massa (informasi, edukasi, hiburan dan persuasif), fungsi
yang paling menonjol pada surat kabar adalah informasi. Hal ini sesuai dengan tujuan utama khalayak membaca
surat kabar, yaitu keingintahuan akan setiap peristiwa yang terjadi di
sekitarnya. Fungsi
hiburan dapat ditemukan pada rubrik artikel ringan, feature, komik atau kartun
seta cerita bersambung. Fungsi mendidik dan mempengaruhi akan ditemukan pada
artikel ilmiah, tajuk rencana atau editorial dan rubric opini. Fungsi pers
bertambah, yiatu sebagai alat kontrol sosial yang konstruktif.
Untuk
menyerap isi surat kabar, dituntut kemampuan intelektualitas tertentu. Khalayak yang buta huruf tidak dapat menerima pesan
surat kabar begitu juga yang berpendidikan rendah.
Kategorisasi
surat kabar dilihat dari ruang lingkupnya, surat kabar nasional, regional, dan
lokal. Ditinjau dari bentuknya, ada surat kabar biasa dan tabloid. Dilihat dari
bahasa yang digunakan, ada surat kabar Berbahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan
Bahasa Daerah. Ada juga surat kabar yang dikembangkan untuk bidang-bidang
tertentu, misalnya berita untuk industri tertentu, penggemar olahraga tertentu,
penggemar seni atau partisipan kegiatan tertentu.
Jenis
surat kabar umum biasanya diterbitkan setiap hari, kecuali pada hari-hari
libur. Surat kabar sore juga umum di beberapa negara. Selain itu, juga terdapat
surat kabar mingguan yang biasanya lebih kecil dan kurang prestisius dibandingkan
dengan surat kabar harian dan isinya biasanya lebih bersifat hiburan.
Kebanyakan
negara mempunyai setidaknya satu surat kabar nasional yang terbit di seluruh
bagian negara. Di Indonesia, contohnya adalah KOMPAS.
c.
Majalah
Majalah
adalah penerbitan berkala yang berisi bermacam-macam artikel dalam subyek yang
bervariasi. Majalah biasa diterbitkan mingguan, dwimingguan atau bulanan.
Majalah biasanya memiliki artikel mengenai topik populer yang ditujukan kepada
masyarakat umum dan ditulis dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti oleh
banyak orang. Publikasi akademis yang menulis artikel padat ilmu disebut
jurnal.
Tipe
majalah ditentukan oleh sasaran khalayak yang dituju, artinya redaksi sudah
menentukan siapa yang akan menjadi pembacanya. Kategori majalah pada masa Orde baru; majalah
berita, keluarga, wanita, pria, remaja wanita, remaja pria, anak-anak, ilmiah
popular, umum, hukum, pertanian, humor, olahraga, daerah.
Fungsi
majalah mengacu pada sasaran khalayak yang spesifik. Majalah dengan topic atau
kategori tertentu mempunyai spesialisasi sasaran pembeli dan pembaca yang
dikehendaki.
Majalah, media yang paling simple
organisasinya, relatif lebih mudah mengelolanya, serta tidak membutuhkan modal
yang banyak. Majalah tetap dibedakan dengan surat kabar karena majalah memiliki
karakteristik tersendiri : penyajian lebih dalam, nilai aktualitas lebih lama,
gambar/foto lebih banyak, cover/sampul sebagai daya tarik.
Majalah mempunyai fungsi yaitu menyebarkan
informasi atau misi yang dibawa oleh penerbitnya. Majalah biasanya mempunyai
ciri tertentu, ada yang khusus wanita, remaja, pendidikan, keagamaan, teknologi,
kesehatan, olahraga, dan sebagainya. Sekalipun majalah mempunyai ciri
tersendiri tetapi majalah masih dapat difungsikan sebagai media dakwah, yaitu
dengan jalan menyelipkan misi dakwah kedalam isinya, bagi majalah bertema umum.
Jika majalah tersebut majalah keagamaan maka dapat dimanfaatkan sebagai majalah
dakwah. Jika berdakwah melalui majalah maka seorang da’I dapat memanfaatkannya
dengan cara menulis rubrik atau kolom yang berhubungan dengan dakwah Islam.
2.
Media Elektronik
Media elektronik ialah
semua peralatan yang sitem kerjanya berhubungan
dengan elektron (tenaga listrik). Dalam kaitan dengan
penggolongan media dakwah di bidang media elektronik, dapat dibagi ke dalam
tiga macam yaitu masing-masing :
a.
Media Audio
Media dakwah elektronik jenis audio. Yaitu media
penyampaian pesan dalam bentuk suara atau dapat juga disebut sebagai media yang
menggunakan bahasa lisan atau semua pesan yang berbentuk bunyi (suara).Termasuk
dalam jenis ini alat-alat penyampaian pesan seperti radio, telefon, tape
recorder (media perekam suara), pita rekaman, CD (Compack Disk),
dan sebagainya.
Media audio adalah alat yag dioperasikan sebagai
sarana penunjang kegiatan dakwah yang ditangkap melalui indera pendengaran.
a)
Radio
Dalam melaksanakan dakwah, penggunaan radio sangatlah efektif dan efisien.
Jika dakwah dilakukan melalui siaran radio dia akan mudah dan praktis, dengan
demikian dakwah akan mampu menjangkau jarak komunikan yang jauh dan tersebar.
Disamping itu radio mempunyai daya tarik yang kuat. Daya tarik ini ialah
disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsure yang ada padanya yakni
music, kata-kata dan efek suara.
Radio
adalah media elektronik tertua dan sangat luwes. Radio telah beradaptasi dengan
perubahan dunia, dengan mengembangkan hubungan saling menguntungkan dan
melengkapi dengan media lainnya. Keunggulan radio adalah berada dimana saja, di
tempat itdur, di dapur, di dalam mobil, di kantor, di jalan, di pantai dan
berbagai tempat lainnya. Radio merupakan teknologi yang digunakan untuk pengiriman
sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang
elektromagnetik). Gelombang ini melintas dan merambat lewat udara dan bisa juga
merambat lewat ruang angkasa yang hampa udara, karena gelombang ini tidak
memerlukan medium pengangkut (seperti molekul udara).
b)
Tape Recorder
Tape recorder adalah media elektronik yang berfungsi merekam suara kedalam
pita kaset dan dari pita kaset yang telah berisi rekaman suara dapat diplay
back dalam bentuk suara. Dakwah dengan tape recorder ini relative mengahabiskan
biaya yang murah dan dapat disiarkan ulang kapan saja sesuai kebutuhan.
Disamping itu da’i juga dapat merekam program dakwahnya disuatu tempat dan
hasil rekamannya dapat disebarkan pada kesempatan lain dan seterusnya.
b.
Media Visual
Media dakwah elektronik jenis visual, yaitu media penyampaian
pesan yang menampilkan gambar atau tulisan yang direfleksikan (dipantulkan)
melalui lensa proyektor. Termasuk ke dalam pembagian ini alat-alat
penampil gambar seperti: foto tustel, slide reflektor, OHV (Over Head
Proyektor), sketsa, dan sebagainya.
Media visual adalah bahan-bahan atau alat yang
dapat dioperasikan untuk kepentingan dakwah melalui indra penglihatan. Yang
termasuk dalam media ini diantaranya yaitu:
a)
Film Slide
Film slide ini berupa rekaman gambar pada film
positif yang telah deprogram sedemikian rupa sehingga hasilnya sesuai dengan
apa yang telah diprogramkan. Pengoperasian film slide melalui proyektor yang
kemudian gambarnya diproyeksikan pada screen. Kelebihan dari film slide ini
adalah mampu memberikan gambaran yang cukup jelas kepada audiensi tentang
informasi yang disampaikan seorang juru dakwah. Disamping itu juga dapat
dipakai berulang-ulang sejauh programnya sesuai dengan yang diinginkan.
Sedangkan kelemahannya adalah bahwa untuk membuat program melalui film slide
diperlukan dalam bidan fotografy dan grafis. Selain itu juga diperlukan ruangan
khusus dengan menggunakan aliran listrik.
b)
Overhead Proyektor (OHP)
OHP adalah perangkat keras yang dapat memproyeksikan
program kedalam screen dari program yang telah disiapkan melalui plastic
transparan. Perangkat ini tepat sekali untuk menyampaikan materi dakwah kepada
kalangan terbatas baik sifat maupun tempatnya. Kelebihan menggunakan media ini
adalah program dapat disusun sesuai dengan selera da’i dan apalagi jika
diwarnai dengan seni grafis yang menarik. Sedangkan kelemahannya yaitu
memerlukan ruangan khusus yang beraliran listrik juga menuntut kreatifitas da’i
dalam mengungkapkan informasi melalui seni grafis yang menarik.
c)
Gambar dan Foto
Gambar dan foto merupakan dua materi visual yang
sering dijumpai dimana-mana, keduanya sering dijadikan media iklan yang cukup
menarik seperti surat kabar, majalah dan sebagainya. Dalam perkembangannya
gambar danfoto dapat dimanfaatkan sebagai media dakwah. Dalam hal ini, gambar
dan foto yang memuat informasi atau pesan yang sesuai dengan materi dakwah.
Seorang da’i yang inovatif tentu akan mampu memanfaatkan gambar dan foto untuk
kepentingan dakwah dengan efektif dan efisien. Kelebihan dari media ini adalah
kesesuaiannya antara dakwah dengan perkembangan situasi melalui pemberitaan
surat kabar, atau majalah serta keaslian situasi melalui pengambilan foto
langsung. Biaya tidak terlalu mahal dan dapat dilakukan kapan saja dengan tidak
bergantung kepada berkumpulnya komunikan. Kelemahannya, seorang da’i tidak
dapat memonitor langsung keberhasilan dakwah, salian itu juga menuntut da’i
untuk kreatif dan inovatif.
c.
Media Audio-Visual
Media dakwah elektronik jenis Audo-visual, yaitu media penyampaian
pesan dengan menampilkan gambar dan suara dalam waktu yang bersamaan. Jadi
melalui media penyampaian seperti ini pihak penerima pesan dapat melihat
tayangan dalam bentuk gambar hidup yang dilengkapi dengan suara sekaligus.
Termasuk ke dalam jenis media ini ialah televisi, rekaman video yang dilengkapi
dengan penerima suara, film yang disertai suara, dan sebagainya.
Salah satu contohnya
adalah Film, pemanfaatan film
cenderung lebih efektif dan efisien serta sangat actual sesuai dengan perkembangan
masyarakat. Hal ini disadari karena film membawa pesan yang mampu mempengaruhi
penontonnya sebagai sasaran dakwah (mad’u)nya. Itulah sebabnya film dalam
kegiatan dakwah seharusnya ditata rapi dan mengandung nilai-nilai ajaran moral
islami yang sesuai dengan kebutuhan mad’unya.
Media audio visual adalah media penyampaian informasi yang dapat
menampilkan unsure gambar dan suara secara bersamaan pada saat
mengkomunikasikan pesan dan informasi.
a)
Televisi
Televisi
merupakan media dominan komunikasi massa di seluruh dunia dan sampai sekarang
masih terus berkembang. Dari semua media massa, televisilah yang paling
berpengaruh pada kehidupan manusia. Televisi dijejali hiburan, berita dan
iklan. Mereka menghabiskan waktu menonton televisi sekitar tujuh jam dalam
sehari. Televisi mengalami perkembangan secara dramatis terutama melalui
pertumbuhan televisi kabel.
Memberikan
informasi, menghibur dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada
media televisi. Tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh
hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi.
Di beberapa daerah terutama di Indonesia
masyarakat banyak menghabiskan waktunya untuk melihat televise. Kalau dakwah
Islam dapat memanfaatkan media ini dengan efektif, maka secara otomatis
jangkauan dakwah akan lebih luas dan kesan keagamaan yang ditimbulkan akan
lebih mendalam. Program-program siaran dakwah yang dilakukan hendaknya mengenai
sasaran objek dakwah dalam berbagai bidang sehingga sasaran dakwah dapat
meningkatkan pengetahuandan aktifitas beragama melalui program-program siaran
yang disiarkan melalui televisi.
b)
Film
Khalayak
menonton film terutama untuk hiburan. Akan tetapi dalam film terkandung fungsi
informatif maupun edukatif, bahkan persuasif. Film nasional dapat digunakan
sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and
character building. Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film nasional
memproduksi film-film sejarah yang objektif atau film dokumenter dan film yang
diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang.
Jika
film digunakan sebagai media dakwah maka harus diisi misi dakwah adalah
naskahnya, diikuti skenario, shooting dan actingnya. Memang membutuhkan keseriusan dan waktu yang
lama membuat film sebagai media dakwah. Karena disamping prosedur dan prosesnya
lama dan harus professional juga memerlukan biaya yang cukup besar. Namun
dengan media film ini dapat menjangkau berbagai kalangan. Disamping itu, secara
psikologis penyuguhan secara hidup dan tampak yang dapat berlanjut dengan animation
memiliki kecenderungan yang unik dalam keunggulan daya efektifnya terhadap
penonton.
c)
Media Internet
Situs
juga menjadikan sumber informasi untuk hiburan dan informasi perjalanan wisata.
Pengguna internet menggantungkan pada situs untuk memperoleh berita. Dua sampai
tiga pengguna internet mengakses situs untuk mendapatkan berita terbaru setiap
minggunya.
Industri
media komputer memiliki beberapa bidang utama, antara lain: pabrik perangkat
keras komputer, perangkar lunak komputer. Content provider adalah yang
mengembangkan isi dan database yang didistribusikan melalui jaringan komputer.
Bagian dari perangkat lunak komputer terdapat pula Internet Service Provider
(ISPs), yakni perusahaan yang menjual akses internet.
Internet
merupakan jaringan longgar dari ribuan komputer yang menjangkau jutaan orang di
seluruh dunia. Misi awalnya adalah sarana bagi para peneliti untuk mengakses
data dari sejumlah sumber daya perangkat keras menjadi ajang komunikasi yang
sangat cepat dan efektif. Saat ini internet telah tumbuh menjadi sedemikian
besar dan berdaya sebagai alat informasi dan komunikasi yang tak dapat
diabaikan. Internet unggul dalam menghimpun berbagai orang, karena geografis
tak lagi menjadi pembatas, berbagai orang dari negara dan latar belakang yang
berbeda dapat saling bergabung berdasarkan kesamaan minat dan proyeknya.
Internet menyebabkan begitu banyak perkumpulan antara berbagai orang dan
kelompok.
Sebagian
besar komputer dan jaringan yang tersambungkan ke internet masih berkaitan
dengan masyarakat pendidikan dan penelitian. Kenyataan ini tidaklah mengejutkan
karena internet memang lahir dari benih penelitian. Hal yang membedakan
internet (dan jaringan global lainnya) dari teknologi komunikasi tradisional
adalah tingkat interaksi dan kecepatan yang dapat dinikmati pengguna untuk
menyiarkan pesannya. Tak ada media yang memberi setiap penggunanya kemampuan
untuk berkomunikasi secara seketika dengan ribuan orang. Ada alasan yang bagus
mengenai jurnalisme yang baik, yaitu informasinya harus menarik, tepat waktu,
dan cepat.
Dengan media internet dakwah dapat memainkan
peranannya dalam menyebarkan informasi tentang Islam keseluruh penjuru, dengan
keluasan akses yang dimilikinya yaitu tanpa adanya batasan wilayah, cultural
dan lainnya. Menyikapi fenomena ini, Nurcholis Madjid mengatakan “Pemanfaatan
internet memegang peranan amat penting, maka umat Islam tidak perlu menghindari
internet, sebab bila internet tidak dimanfaatkan dengan baik, maka umat Islam
sendiri yang akan rugi. Karena selain bermanfaat untuk dakwah, internet juga
menyediakan informasi dan data yang kesemuanya memudahkan umat untuk bekerja.”
Begitu besarnya potensi dan efisiennya yang
dimiliki oleh jaringan internet dalam membentuk jaringan dan pemanfaatan
dakwah, maka dakwah dapat dilakukan dengan membuat jaringan-jaringan informasi
tentang Islam atau sering disebut dengan cybermuslim atau cyberdakwah.
Masing-masing cyber tersebut menyajikan dan menawarkan informasi Islam
dengan berbagai fasilitas dan metode yang beragam variasinya.
Kesemua jenis media
penyampaian pesan tersebut di atas, dapat digolongkan sebagai media dakwah yang
dapat dimanfaatkan secara efektif dalam upaya penyadaran masyarakat menuju
tercapainya cita-cita dakwah yaitu: “menyeru manusia ke arah kebaikan dengan
jalan mengajak mereka untuk melakukan kebaikan (al-amr bilma’ruf) dan
menghindari kejahatan (al-nahyu ‘anil-munkar) demi mencapai kebahagiaan di
dunia dan di akhirat”.
Dari pemaparan, diketahui
bahwa sebenarnya media dakwah cukup banyak. Juga diketahui bahwa melaksanakan
kegiatan dakwah tidaklah hanya melalui kegiatan lisan atau dakwah
bilmaqal tetapi dakwah juga dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan berbagai
media hiburan. Dan jika hal itu dilakukan maka dapat dibayangkan hasilnya akan
cukup lumayan sebab bagaimanapun jiwa manusia selalu cenderung untuk mencintai
keindahan dan semua yang sifatnya indah.[14]
Pengaruh komunikasi seperti ceramah dan
komunikasi yang menggunakan media massa sangat berpengaruh dalam mengubah attitude
atau membentuk attitude baru dan dapat berhasil baik apabila:
1.
Sumber penerangan memperoleh kepercayaan dari
audiens.
2.
Orang banyak belum mengetahui benar atau ragu-ragu tentang isi dan
fakta-fakta attitude baru.
3.
Attitude yang akan dibentuk tidak terlalu jauh isinya
dari frame of reference (lingkungan tempat audiens tinggal).
4.
Argument dua pihak lebih bertahan daripada
argumen sepihak.
5.
Bila attitude yang akan dibentuk terlalu
asing bagi frame of reference audiens akan mengalami boomerang-effect
(pembentukan attitude sebaliknya).[15]
Secara teknis kita dapat menunjukan empat tanda pokok dari
komunikasi massa yaitu :
a.
Bersifat
tidak langsung artinya harus melalui media teknis.
b.
Bersifat
satu arah,artinya tidak ada interaksi antara peserta- peserta komunikasi.
c.
Bersifat
terbuka,artinya ditunjukan pada publik yang tidak terbatas dan anonym.
d.
Mempunyai
publik yang secara geografis tersebar.
Karena perbedaan teknis, maka sistem komunikasi massa juga memiliki
karakteristik psikologi yang khas :
1.
Pengendalian
arus informasi
Berarti
mengatur jalanya pembicara yang disampaikan dan diterima.
2.
Umpan
Balik
Berati
pesan yang dikirim kembali dari penerima ke sumber, memberi tahu tentang reaksi
penerima, dan memberikan landasan kepada sumber untuk menetukan perilaku
selanjutnya.
3.
Stimulasi
alat indera
Terbatas
tergantung media masa pada suatu surat kabar dan majalah hanya bisa melihat
pada radio (mendengar) TV (mendengar dan melihat).
4.
Proposi
unsur isi dengan hubungan
Dalam
komunikasi masa justru menekankan dari aspek isi ketimbang hubungan, berita
disusun berdasarkan sistem tertentu dan ditulis dengan tanda baca dan pembagain
paragfar yang tertib.[16]
Dan
segi ini ada faktor yang mempengaruhi reaksi khalayak pada komunikasi massa :
a.
Teori
defleur dan ball-rokeach tentang pertemuan dengan media
Secara
singkat,berbagai fakor akan memepengaruhi reaksi orang terhadap media masa.
Fakor ini meliputi organisasi personal psikolgi individual seperti potensi
biologis,sikap, nilai, kepercayaan sera bidang pengalaman kelompok – kelompok
sosial dimana individu menjadi anggota hubungan- hubungan interpersonal pada
proses penerimaan,pengelolaan,dan penyampaian informasi.[17]
b.
Pendekatan
Motivasional dan Uses and Gratification
1.
Motif
kognitif dan Gratifikasi Media
Motif
ini menekankan tentang kebutuhan manusia
akan informasi dan kebutuhan untuk
mencapai tingkat ideosional tertentu. Untuk mencapai ada empat teori :
Teori
konsistensi yang menekankan kebutuhan individu untuk memelihara orientasi
eksternal pada lingkungan.
Teori
kategorisasi yang menjelaskan upaya manusia untuk memberi makan tentang dunia berdasarkan
kategori internaal dalam diri kita.
Teori
atribusi yaitu proses menyimpulkan motif , maksud dan karakteristik orang lain
dengan melihat pada perilakunya yang tampak.
Teori
objektifikasi yang menerapkan upaya manusia untuk memberikan makana tentang
dunia berdasarkan hal-hal eksternal.
2.
Motif
Afektif dan Gratifikasi Media
Motif ini menekankan aspek perasan dan kebutuhan mencapai tingkatan
emosional tertentu.Ada beberapa teori untuk mencapai semu ini :
Teori reduksi tegangan memandang manusia sebagai sistem tegangan
yang memperoleh kepuasan pada pengurangan keterangan.
Teori ekspresif menyatakan bahwa orang yang memperoleh kepuasan
dalam mengungkapkan eksistensinya serta menampakan perasaan dan keyakinan.
Teori ego difensif berangapan bahwa dalam hidup ini kita
mengembangkan citra diri yang tertentu dan kita berusaha untuk mempertahankan
citra diri ini serta berusaha hidup sesuai dengan diri dan duna kita
Teori peneguhan memandang bahwa orang dalam situasi tertentu akan
bertingkah laku dengan suatu cara yang membawanya kepada ganjaran seperti yang
telah dialami pada waktu yang lalu
Teori penonjolan memandang manusia sebagai makhluk yang selalu
mengembangkan seluruh potensinya untuk memperoleh penghargaan dari dirinya
dari orang lain
Teori afiliasi memandang manusia sebagai makhluk yang mencari kasih sayang dan penerimaan orang lain.
Teori identifikasi melihat manusia sebagai pemain peranan yang berusaha
memuaskan egonya dengan menambah peranan yang memuaskan pada konsep dirinya.[18]
Teori peniruan teori ini memandang manusia
sebagai makluk yang selalu mengembangkan kemampuan efektifnya.[19]
Efek
Kehadiran Media Massa
Efek
social berkenaan dengan perubahan pada struktur atau interaksi social akibat
kehadiran media massa. Sudah diketahui bahwa kehadiran televisi meningkatkan
status social pemiliknya. Di pedesaan, televisi telah membentuk
jaringan-jaringan interaksi sosial yang baru. Pemilik televisi sekarang menjadi
pusat jaringan sosial, yang menghimpun disekitarnya tetangga dan penduduk desa
seideologi. Televisi telah menjadi sarana untuk menciptakan hubungan yang baru.
Selain
itu kehadiran surat kabar, radio, komputer yang dihubungkan dengan internet,
handphone, dan media komunikasi massa kontemporer lainnya yang dapat
mereorganisasikan kegiatan khalayak.
Menurut
Steven H. Chaffee menyebutkan efek kehadiran media massa adalah hilangnya
perasaan tidak enak (kesepian, marah, kecewa, dsb) dan tumbuhnya perasaan
tertentu terhadap media massa.
Tumbuhnya
perasaan senang atau percaya pada media massa tertentu mungkin erat kaitannya
dengan pengalaman individu bersama media massa tersebut, boleh jadi faktor isi
pesan isi pesan mula-mula amat berpengaruh, tetapi kemudian jenis media itu
yang diperhatikan apapun yang disiarkannya.[20]
Kelebihan
komunikasi massa dibandingkan komunikasi lainnya adalah jumlah sasaran khalayak
atau komunikan yang dicapainya relative banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih
dari itu komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang
bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.[21]
Efek Komunikasi Massa
a)
Efek Kognitif
Terjadi jika
ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek
ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan atau
informasi.[22]
Efek kognitif
juga berkaitan dengan pembentukan dan perubahan citra. Citra adalah gambaran
tentang realitas atau dapat dikatakan sebagai dunia menurut persepsi kita.
Karena media massa melaporkan dunia nyata secara selektif sehingga media massa
sangat mempengaruhi pembentukan citra tentang lingkungan social yang timpang,
bias, dan tidak cermat.[23]
b)
Efek Afektif
Timbul ada
perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak yang meliputi
segala yang berhubungan dengan emosi, sikap, serta nilai. Efek afektif
meliputi:
1.
Pembentukan dan perubahan sikap.
2.
Rangsangan emosional.
3.
Rangsangan seksual.[24]
c)
Efek Behavioral (Efek Konatif)
Merujuk pada
perilaku nyata yang dapat diamati, meliputi pola-pola tindakan kegiatan atau
kebiasaan perilaku. Dan bersangkutan dengan niat, tekat, upaya, usaha yang
cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan.
Sedangkan
menurut Keith R. Stamm dan Johne Bowes (1990), efek media massa dibagi menjadi
dua, yaitu:
Efek Primer
Meliputi terpaan, perhatian,
dan pemahaman. Serta dapat dikatakan secara sederhana bahwa efek primer terjadi
jika ada orang mengatakan telah terjadi proses komunikasi terhadap obyek
yang dilihatnya.
Efek Sekunder
Meliputi perubahan tingkat kognitif (perubahan
pengetahuan dan sikap) dan perubahan perilaku (menerima dan memilih).[25]
Hambatan
Psikologi Komunikasi Massa
1.
Perbedaan
Kepentingan (Interest)
Kepentingan
atau interest akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati
pesan. Orang hanya akan memperhatikan pesan (stimulus) yang ada hubungannya
dengan kepentingannya.
Kepentingan
bukan hanya mempengaruhi perhatian kita saja tetapi juga menentukan daya
tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku tersebut.
Sebagaimana
telah dibahas sebelumnya, komunikasi pada komunikasi massa bersifat heterogen,
atau meliputi perbedaan usia, pendidikan, pekerjaan, umur, jenis kelamin, agama
yang keseluruhannya akan menimbulkan perbedaan kepentingan. Kepentingan atau
interest komunikan dalam suatu kegiatan komunikasi sangat ditentukan oleh
manfaat atau kegunaan pesan komunikasi itu bagi dirinya. Dengan demikian
komunikasi melakukan seleksi terhadap pesan yang di terimanya.
2.
Prasangka
(Prejudice)
Menurut
Sears prasangka itu berkaitan dengan persepsi orang tentang seorang atau
kelompok lain, dan sikap serta perilakunya terhadap mereka.
Persepsi
adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungannya yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi itu
ditentukan oleh faktor personal (need, pengalaman masa lalu dan status) dan
faktor situasional. David Krech dan Richard S. Crutchfield menyebutkan sebagai
faktor fungsional dan faktor structural (penentu persepsi berasal semata-mata
dari sifat stimulus secara fisik).
Berkenaan
dengan kegiatan komunikasi, prasangka merupakan salah satu rintangan atau
hambatan bagi tercapainya suatu tujuan. Komunikan yang mempunyai prasangka,
sebelum pesan disampaikan sudah bersikap curiga dan menentang komunikator.
Prasangka seringkali tidak didasarkan pada alas an-alasan objektif. Menurut
Effendy, dalam prasangka, emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan atas
dasar prasangka tanpa menggunakan pikiran yang rasional. Emosi seringkali
membuat pikiran dan pandangan kita terhadap fakta yang nyata. Karena itu sekali
prasangka itu sudah menguasai, maka seseorang tak akan berpikir secara
objektif, dan segala apa yang dilihat dan didengar selalu akan dinilai secara
negative.
Untuk
mengatasi hambatan komunikasi yang berupa prasangka yang ada pada komunikan,
maka komunikator yang akan menyampaiakan pesan melalui media massa sebaiknya
komunikator yang netral, dalam arti Ia bukan lah orang yang controversial.
Untuk menghindari prasngka komunikan, komunikator yang dipilih juga harus
mempunyai reputasi yang baik, artinya Ia tidak pernah terlibat dalam suatu
peristiwa yang telah membuat luka hati komunikan, apakah lewat pernyataan,
pertanyaan atau tindakan fisik. Dengan kata lain, komunikator itu harus
acceptable (dapat diterima), disamping harus memiliki kredibilitas yang tinggi
karena kemampuan dan keahliannya.
3.
Stereotip
Stereotip
menurut Gerungan merupakan gambaran atau tanggapan tertentu mengenai
sifat-sifat dan watak pribadi orang atau golongan lain yang bercorak negative. Stereotip
mengenai orang lain itu telah terbentuk pada orang yang berprasangka, meski
sesungguhnya orang yang berprasangka itu belum bergaul dengan orang yang
diprasangkainya. Jadi stereotip itu terbentuk pada dirinya berdasarkan
keterangan-keterangan yang kurang lengkap dan subjektif.
4.
Motivasi
Motif
menurut Gerungan merupakan suatu pengertian yang meliputi semua penggerak, alas
an-alasan atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat
sesuatu. Perbuatan dan tingkah laku manusia tentu sesuai dengan keinginan dan
kebutuhannya.[26]
Manfaat Media Massa
1.
Menghibur
(to intertaint)
2.
Menginformasikan
(to inform)
3.
Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan
atau nilai seseorang
a.
Mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai
seseorang
b.
Menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu
c.
Memperkenalkan etika atau menawarkan system
nilai tertentu
4.
Menganugerahkan status
5.
Menciptakan rasa kebersatuan, namun media massa
juga membuat orang menjadi pravatisasi, yaitu kecenderungan seseorang untuk
menarik diri dari kelas social dan mengucilkan diri ke dalam dunianya sendiri.[27]
IV.
KESIMPULAN
Dakwah adalah kegiatan untuk membina manusia agar mentaati ajaran
Islam guna memperoleh kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
Komunikasi Massa adalah jenis komunikasi yang ditunjuk kepada
sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonym, melalui media cetak atau
elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.
Semua hukum yang berlaku dalam ilmu komunikasi berlaku juga dalam
dakwah,hambatan komunikasi adalah hambatan dakwah,dan bagaimana mengungapkan
apa yang tersembunyi di balik perilaku manusia dakwah sama juga dengan apa yang
harus dikerjakan pada manusia dakwah sama juga dengan apa yang harus dikerjakan
pada manusia komunikan. Tegasnya cara
kerja psikologi komunikasi sama dengan
cara kerja perilaku dakwah dan pelaku komunikasi adalah sama yaitu manusia yang
berfikir,berperasaan dan berkeinginan. Jadi dakwah kepada masa
adalah dakwah kepada orang-orang yang belum tentu menyiapkan diri untuk
menerima pesan dakwah. Mereka boleh jadi terkonsentrasi di suatu daerah, bisa
juga tersebar ke seluruh pelosok indonesia atau bahkan di negara lain.
DAFTAR PUSTAKA
Armawati, Arbi, Psikologi komunikasi dan
Tabligh, Jakarta: AMZA, 2012
Aziz, Mohammad Ali, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana Persada
Media Group,
Cangara, Hafield, Pengantar Ilmu Komunikasi (Edisi Revisi), Jakarta:
Rajawali Pers, 2009
Devito, Joseph
A., Komunikasi Antarmanusia (Edisi Kelima), Jakarta: Profesional Book,
1997
Faqih, Ahmad, Sosiologi Dakwah, Semarang, 2015
Gerungan, W. A.,
Psikologi Sosial, Bandung: PT Refika Aditama, 2004
Ilyas, Ismail dan Hotman, Filasafat
Dakwah : Rekayasa Membangun Dakwah Agama dan Peradaban Islam, Jakarta:
KENCANA, 2011
Mubarak, Ahmad, Psikologi Dakwah Membangun Cara Berfikir dan Merasa, Malang: Madani Press, 2014
Muchsin, Faizah Effendi Lalu,
Psikologi Dakwah, Jakarta: KENCANA, 2006
Pimay, Awaludin, Metodologi Dakwah, Semarang: RaSAIL, 2006
Rakhmat,
Jalaludin, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007
Syukir, Asmuni,
Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al Ikhlas, 1983
[1] Ahmad Mubarak, Psikologi
Dakwah \membangun Cara Berfikir dan Merasa, (Malang: Madani Press 2014),
hlm 158
[2] Ilyas Ismail dan Hotman, Filsafat
Dakwah RekayasaMembangun Dakwah Agama dan Peradaban Islam, (Jakarta:
Kencana 2011), hlm 27-30
[4]Faizah Effendi Lalu Muchsin, Psikologi
dakwah (Jakarta: Kencana 2006)
[6] Elvinaro Ardiyanto,
Lukiyati Kumala, Siti Karlinah, Komunikasi Massa, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media 2007) hlm 3-6
[10] Hafied Cangara, Pengantar
Ilmu Komunikasi (Edisi Revisi) (Jakarta: Rajawali Press 2009) hlm 123
[12] Joseph A. Devito, Komunikasi
Antar Manusia (Edisi ke 5) (Jakarta: Profesional Book 1997) hlm 506-507
[13] Hafied Cangara, Pengantar
Ilmu Komunikasi (Edisi Revisi) (Jakarta: Rajawali Press 2009) hlm 126-127
[14] Elvinaro Ardiyanto,
Lukiyati Kumala, Siti Karlinah, Komunikasi Massa, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media 2007) hlm 103-149
[21] Elvinaro Ardiyanto,
Lukiyati Kumala, Siti Karlinah, Komunikasi Massa, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media 2007) hlm 90-93
[26] Elvinaro Ardiyanto,
Lukiyati Kumala, Siti Karlinah, Komunikasi Massa, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media 2007) hlm hlm 90-93
[27] Joseph A. Devito, Komunikasi
Antarmanusia (edisi ke 5), (Jakarta: Profesional Book, 1997) hlm 515-517
Tidak ada komentar:
Posting Komentar