Kasus ini terjadi pada sebuah keluarga yang terdiri dari
bapak, ibu, dan anak. Bapak bekerja sebagai direktur, ibu sebagai wanita karir,
dan anak sebagai pelajar. Bapak dan ibu sibuk dengan pekerjaannya dan anak
merasa kesepian dirumah. si anak lebih suka main di luar rumah dan melakukan
hal-hal yang menjurus ke hal negatif. Gara-gara masalah anak, ke dua orang tua
tersebut selalu bertengkar. Mereka sudah berusaha untuk mengatasi masalahnya
secara pribadi tapi belum menemukan jalan keluar.
Karena mereka tidak dapat menyelesaikan masalah yang
mereka hadapi, kemudian mereka berinisiatif untuk mengkonsultasikan masalahnya
dengan konselor agar dapat menemukan jalan keluar terbaik untuk keluarga
tersebut.
Demikian percakapan diantara mereka:
Bapak : Assalamu’alaikum
wr.wb. (mengetuk pintu)
Ko :
Wa’alaikumsalam wr.wb. (sambil membukakan pintu, kemudian berjabat tangan
dengan ramah dan mempersilakan duduk anggota tersebut)
Ko : Wah, saya
senang sekali dengan kedatangan anda dengan keluarga anda. Tampaknya seperti
ada sesuatu yang penting sehingga anda sekeluarga datang kesini
Ibu : Iya, bu.
Kami sekeluarga ada keperluan sama ibu
Ko :
Sebenarnya apa yang mengganggu pikiran anda sekeluarga
Bapak : Begini bu,
saya seorang pekerja kantor dan saya sibuk dengan pekerjaan saya sehingga saya
jarang di rumah
Ko : Kalau ibu
sendiri bagaimana?
Ibu : Saya
juga demikian bu. Saya sibuk dengan pekerjaan saya, jadi saya juga jarang di
rumah
Ko : Kalau
menurut adik sendiri bagaimana?
Anak : Saya merasa
kesepian di rumah karena ibu dan bapak sibuk dengan pekerjaanya masing-masing,
jadi sering lupa dengan saya
Ko : Oh begitu
(sambil memegang pundak anak). Kemudian apa yang menjadi masalah anda
sekeluarga?
Ibu : Waktu
saya masuk ke kamar anak saya, saya menemukan obat-obatan terlarang berada di
kamar anak saya. Kemudian saya menenyakan pada anak saya, malah dia marah-marah
Ko : Kenapa
adik bisa seperti itu (sambil melihat mata anak dengan hati-hati)?
Anak : Saya merasa
senang dengan apa yang saya lakukan di luar rumah dengan teman-teman saya. Lagian
orang tua saya jarang punya waktu buat anaknya dan tidak peduli dengan saya,
malah sibuk sendiri dengan pekerjaan masing-masing (berbicara dengan mata
berkaca-kaca dan marah)
Ko : Saya
mengerti apa yang adik rasakan (sambil memegang pundak dan menenangkan).
Kemudian menurut bapak sendiri bagaimana? Apakah masalah ini sudah dibicarakan
sebelumnya dengan keluarga?
Bapak : Saat saya
mengetahui anak saya seperti itu, saya sangat marah dan merasa kecewa. Tapi
malah masalah ini membuat saya bertengkar dengan istri saya
Ibu : Iya bu,
gara-gara masalah ini, suami malah menyuruh saya untuk berhenti bekerja dan di
rumah saja untuk mengurus rumah dan anak. Padahal saya tidak suka menjadi ibu
rumah tangga, saya lebih suka menjadi wanita karir
Ko : Jadi itu
permasalahan yang menimpa keluarga anda (sambil mengangguk pelan). Kemudian
dari adik yang diinginkan apa?
Anak : Sebenarnya
saya tidak menginginkan ibu dan bapak bertengkar gara-gara saya. Saya ingin
mereka itu punya sedikit waktu di rumah untuk saya sehingga saya tidak merasa
kesepian
Ko : Memangnya
ibu dan bapak pulang kerja jam berapa?
Ibu : Saya
pulang kerja jam 19.00, tapi kalau lembur bisa sampai jam 22.00
Bapak : Kalau saya
pulang kerja jam 19.00, tapi kalau meeting atau bertemu dengan klien bisa
sampai tengah malam.
Ko : Kalau
adik sendiri pulang sekolah jam berapa?
Anak : Saya pulang
sekolah jam 14.00, setelah itu saya bermain dengan teman-teman sampai jam
18.00-21.00
Ko : Apakah
setiap hari bapak dan ibu selalu lembur sehingga pulang larut malam?
Bapak : Tidak juga
bu, kalau tidak ada klien biasanya saya terus masuk kamar dan tidur karena
merasa capek
Ibu : Saya
juga bu, begitu sampai di rumah, saya terus tidur karena capek dan jarang
mengontrol kegiatan anak. Biasannya kita kumpul saat sarapan itupun kalau kami
(bapak, ibu) sempat
Ko : Jadi
komunikasi antar anggota keluarga anda kurang sekali?
Bapak : Iya bu,
kami jarang komunikasi. Mungkin kalau ketemu hanya sebentar dan tidak pernah
mengobrol banyak.
Ko : Kalau
hari libur kerja kalian di rumah atau pergi bersama?
Ibu : Kalau
hari libur, saya sering pergi dengan ibu-ibu arisan tapi itu cuma sebentar
Bapak : Kalau saya
diam di rumah sambil buka-buka dokumen untuk hari esok
Anak : Saya kalau
hari libur main ke rumah teman, karena kalau saya di rumah merasa bosan, orang
tua saya selalu sibuk sendiri-sendiri.
Ko : Kemudian
menurut ibu, apakah ibu tetap mau bekerja atau berhenti kerja seperti yang
diinginkan oleh suami anda?
Ibu : Inginnya
saya tetap mau bekerja tapi tetap bisa mengurusi rumah tangga dan bisa
perhatian sama anak saya.
Ko : Kalau itu
keinginan anda, sebaiknya anda pintar-pintar membagi waktu antara keluarga dan
kerjaan anda
Ibu : Iya bu,
saya akan berusaha (sambil menganggukkan kepala)
Ko : Kalau
dari bapak sendiri bagaimana?
Bapak : Kalau saya,
sebisa mungkin akan membagi waktuantara pekerjaan dan keluarga saya. Saya
sadarkalau keluarga itu lebih penting dari pekerjaan
Ko : Kalau
menurut adik sendiri bagaimana?
Anak : Saya akan
merubah sikap saya dan berusaha mengerti kesibukan orang tua saya. Saya juga
akan lebih terbuka kepada mereka tentang masalah yang saya rasakan
Ko : Baiklah
kalau begitu, bagaimana perasaan anda masing-masing?
Bapak : Saya
sedikit lega, sekarang kami tahu masalah sebenarnya dari keluarga kami
Ibu : Iya bu,
terima kasih atas waktu yang anda berikan kepada kami
Ko : Iya,
sama-sama. Semoga anda sekeluarga menjadi keluarga yang harmonis kembali
(sambil tersenyum lega)
Bapak : Sekali lagi
kami sekeluarga mengucapkan terima kasih banyak (sambil berdiri untuk pamitan)
Ko : Iya pak,
sama-sama (berdiri dan kemudian berjabat tangan) hati-hati dijalan ya (tersenyum dan mengelus kepala anak dengan
lembut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar